Senin, 29 Februari 2016

Love Me Kana Aishiteru

08 Agustus 2019
Itu adalah hari terburuk, sangat buruk untuk Shin.
Bagaimana bisa hal itu terjadi, dan Kana…
Shin berjalan dilorong kantornya, delapan orang bodyguard mengikutinya.
Cincin kawinnya masih melingkar manis dijari.
Beberapa artis bahkan model melirik berusaha mencari perhatiannya, mereka tahu kabar istrinya yang hilang.
Media massa merubah tragedy itu menjadi gossip pelarian sang istri, karena Kana tidak mencintainya.
Shin masih ingat benar dia dan Kana saling mencintai, bahkan Kana sudah mengucapkan kata “I love you” yang bahkan Shin ingat sampai sekarang.
Shin masuk kedalam kantornya, dia dingin seperti es. Yuki sekertarisnya langsung berdiri begitu melihatnya, dan duduk kembali begitu Shin masuk kedalam kantornya.
Seira masuk kedalam ruangannya, “Apa kamu tidak ingin melihat pemotretan untuk iklan?” Tanya Seira.
Shin menandatangani beberapa dokumen keuangan dan pemasaran, “Nanti aku masih sibuk” jawab Shin.
Seira memandang tidak suka kearah foto Kana yang tersebar diseluruh sudut kantor Shin.
“Apa kamu ga bisa melupakannya?” Tanya Seira, dia mengambil foto prawedding Kana.
Shin melirik Seira, dia tidak ingin membicarakan masalah Kana dengan Seira.
“Ini sudah hampir lima tahun, Orangtuaku bahkan sudah menyerah untuk mencarinya” Seira meletakkan foto Kana.
Shin melihat cincin yang melingkar dijari manisnya, untuk meyematkan cincin dijarinya tidaklah mudah dan bukan sembarang gadis yang bisa mendekatinya.
Kana adalah gadis yang special, dia sangat mencintai Kana.
“Kai, siapkan pesawat besok. Aku ada janji dengan Tuan Lee” Shin menelpon asistantnya.
Seira berbalik kearahnya, “Kau akan pergi? Kemana?” Tanya Seira.
Shin menutup dokumennya kemudian berdiri dan meninggalkan ruangannya.
Tinggal Seira berdiri seorang diri, dia menutup foto prawedding Kana yang sedang tersenyum bahagia.

Musim dingin di korea, semua orang sibuk berlalu lalang. Lampu merah menghentikan mobil Shin.
 Dari dalam mobil Shin menatap salju yang turun, sekilas dia seperti melihat Kana diantara orang-orang yang berlalu -lalang.
Shin keluar dari mobilnya, berlari kearah tempat dia melihat Kana.
“Tuan!” teriak Kai sambil mengejar Shin.
“Kita hanya mencarinya dijepang, aku ingin kau mencarinya diseoul, aku seperti melihatnya tadi” Perintah Shin pada Kai.
Shin kembali kedalam mobilnya.
Kai terdiam, dia mengerti benar betapa panic dan putus asanya Shin. Setiap melihat wanita dengan siluet seperti Kana tuannya itu akan langsung bergerak seperti anjing yang mencari majikannya.
Dikedai yang tidak jauh dari tempat Shin.
“Hana…!!!” teriak Yoona teman satu kantornya.
Mereka biasa janjian berangkat ke kantor bersama.
“Aku bisa mati membeku menunggumu diluar” keluh Hana, dia sudah menunggu hampir satu jam.
“Sorry… sorry… aku tadi ketinggalan bis” Yoona mengatupkan kedua tangannya dihadapan Hana.
“Hari ini ada tamu istimewa dihotel” kata Yoona penuh semangat.
“Oh ya?!” Hana meneguk coffe mint nya.
“Dia investor utama hotel kita, orang jepang dan katanya dia sangat tampan” Yoona tersenyum sambil membayangkan si tuan investor.
“Ayo berangkat sudah jam 8” Hana berjalan duluan, Yoona berlari kecil menyusulnya..
Yoona mengeluh, “Apa Cinderella itu ada?” Tanya Yoona.
“Sudah berhenti membayangkan yang tidak mungkin” jawab Hana.
“Apa mungkin nasib kita bisa seperti Cinderella?” Yoona masih berkhayal.
“Apa enaknya jadi cindrella?, dia hanya bangsawan yang turun kasta menjadi seorang pelayan, lalu hanya berpesta semalam kemudian kembali keasalnya” Hana berjalan cepat menuju hotel tempat dia bekerja.
Langkah Hana terhenti ketika deretan mobil limousine berhenti didepan lobby hotel.
Beberapa selebriti seperti Tiffany, Seoyeon, Crystal, dan lainnya turun dari mobil super mahal itu.
“Benar-benar tamu istimewa, sampai artis sekelas mereka ikut dalam pesta” gumam Yoona.
“Pesta?” Tanya Hana tidak mengerti.
“Oh ya tuhan… ayo lari, malam ini ada pesta penyambutan si tuan investor” Yoona menarik tangan Hana kearah ruang ganti pegawai.
“Kenapa ga bilang dari tadi?!” protes Hana yang ikut berlari menuju ruang ganti pegawai.

Musik klasik dimainkan, beberapa orang  ternama saling bersenda gurau.
Shin menatap keseluruh penjuru ruang pesta dari lantai dua tempatnya dan Tuan Lee berada.
“Artis korea itu sekarang sedang naik daun” Tuan Lee menunjuk kearah Suzy yang terlihat cantik dengan balutan gaun bewarna merah.
Shin tersenyum, “Wanita dikorea memang cantik, andai aku belum menikah aku sudah memilih salah satu dai mereka” ucap Shin yang membuat Tuan Lee kaget.
“Maaf, Tuan Shin terlihat seperti masih single” Tuan Lee tertawa kecil.
Shin memperlihatkan cincin yang dipakainya, “Ini cincin pernikahanku”.
Sementara diruang pelayan Hana disuruh menyajikan makanan yang sudah habis.
Hana mendorong kereta yang berisi aneka canapé dan kue-kue, dia menukar piring yang kosong dengan piring yang penuh terisi.
Matanya tertuju pada sosok dilantai dua, punggung pria itu terlihat begitu menarik.
“Hana…!!!” panggil Yoona berbisik.
Hana menoleh kearah Yoona yang memberi isyarat mereka harus kembali kedapur.
Shin menoleh kearah orang yang dari tadi memperhatikannya, seorang pelayan hotel dia merasa begitu familiar dengan gesture pelayan itu.
Didapur hotel Hana membantu assistant koki menaruh makanan diatas meja, “Thanks Hana” ucap Taku.
Hana membawa makanan kedalam ruang pesta.
“Hana, berikan wine ini kelantai dua” bisik supervisornya.
Dengan hati-hati Hana membawa botol wine yang harganya 100x lipat dari gajinya kelantai dua.
Sesampai dilantai dua dia menyerahkan wine kepada Eujung, pelayan VIP dilantai dua.
“Supervisor bilang kalau ada yang kurang kau tinggal menelpon dapur saja” bisikku pada Eujung.
Eujung mengangguk, dia meletakkan wine di meja Shin dan Mr. Lee..
Kai memperhatikan dua pelayan hotel, dia terus memperhatikan Hana, tapi dia juga tidak ingat siapa tetapi pelayan itu sangat familiar dimatanya.

Pesta berakhir meriah, Hana menaruh piring-piring kotor didapur.
“Hana, tolong bersihkan kamar president suite. Dua jam lagi Mr. Aoyama akan tidur disana” suruh supervisor.
“Saya?” Tanya Hana.
“Semua orang sibuk membereskan pesta, ajak Yoona bersamamu dua jam lagi dia akan kekamarnya” jawab supervisor.
Aku dan Yoona berlari menuju lift sambil membawa kereta cleaning.
Kami membersihkan tiap sudut ruangan dan sela-sela ruangan.
Aku menunduk untuk membersihkan kolong tempat tidur.
“Cincin dikalungmu pemberian siapa?” Tanya Yoona saat menyadari liontin Hana.
“Kakak ku bilang ini hadiah terakhir dari ayah dan ibu sebelum mereka meninggal saat kecelakaan”.
Yoona mengangguk-angguk,”cincin yang terlihat mahal”.
Hana tersenyum, “Kenang-kenangan jadi sangat mahal”. mereka kembali melanjutkan membersihkan ruangan.
Hana menggunakan maskernya ketika membersihkan tempat tidur dan karpet.
Tiba-tiba saja Shin masuk kedalam kamar bersama Kai.
Hana dan Yoona langsung panik, Hana memasukkan semua peralatan kebersihan kedalam kereta tanpa dia sadari kalungnya terjatuh diatas tempat tidur.
Yoona member salam pada Shin dan Kai yang kemudian langsung pergi disusul Hana sambil mendorong kereta.
Shin menatap kearah Hana, aroma gadis itu seperti dia kenal.
“Tunggu!” teriak Shin menghentikan Hana.
Hana langsung berhenti, apa dia membuat kesalahan?. Terlihat didepan tamu hotel memang kesalahan, tapi belum dua jam dia sudah masuk ke kamarnya.
“Aku tidak suka bila kamarku dimasuki sembarang orang” ucap Shin, “Jadi aku ingin kamu yang membersihkan kamar ku” Shin menatap mata Hana.
Jantungnya berdegup kencang, dia seperti mengenal pelayan didepannya, mata itu sangat familiar.
“Akan saya bicarakan dengan supervisor, permisi!” Hana berlari menyusul Yoona.
Shin melihat punggung Hana yang semakin menjauh.
“Suara itu…” gumam Shin.
“Aku akan mencari tahu siapa dia” ucap Kai.
Shin mengangguk yang kemudian masuk kedalam kamarnya.
Malam itu Shin sama sekali tidak bisa memejamkan matanya, beberapa kali dia melihat bayangan Kana.
Dia duduk diatas sofa, “Dimana kau Kana?” gumam Shin sambil meneguk segelas wine.
Teringat jelas saat Kana dimasukkan kedalam mobil.
Apa maksud orang-orang itu membawa Kana?, jika menginginkan uang kenapa mereka tidak meminta tebusan. Shin berfikir hal yang terburuk menimpa Kana.
“Aku mohon jangan buat aku kecewa, kau harus hidup sampai aku menemukanmu!”.
Shin berjalan ketempat tidurnya, dia melihat kalung dengan cincin yang tergantung diatas tempat tidurnya.
Jantungnya seakan berhenti berdetak, tangan Shin bergetar saat mengambil cincin pernikahannya. Tidak mungkin itu cincin yang sama, karena cincin pernikahannya dia yang mendesain sendiri jadi hanya ada sepasang didunia.
Shin melihat bagian dalam cincin, dia melihat ukiran inisial namanya.
“Ka…kana…!!!” Shin berlari keluar kamarnya, tepat saat Kai datang bersama delapan orang bodyguardnya.
“Anda belum tidur tuan?, saya sudah menemukan identitas pelayan tadi” Tanya Kai, dia memberikan data karyawan.
Walau sedikit berubah wajah Kana masih sama dimata Shin, hanya rambutnya yang semakin panjang. Dia semakin cantik, wajah ini bukan wajah orang korea.
“Panggil…panggil pelayan ini… panggil dia sekarang!” teriak Shin kalut, dia tidak bisa menahan emosinya.
Kai langsung menyuruh empat bodyguardnya untuk memanggil Hana.

Dihalte bus Hana merapatkan mantelnya, dia tidak habis pikir dia dipecat gara-gara terlihat oleh tamu VIP dan buruknya lagi tamu itu hanya ingin Hana yang membersihkan ruangannya.
Hana menghembuskan nafasnya, dia harus mencari kerja lagi. Hana tidak ingin merepotkan kakaknya yang bekerja keras dijepang, setelah kecelakaan empat tahun lalu Hana benar-benar tidak ingat apapun. Dia hanya punya kakaknya sekarang, Hana ingin sekali pergi ke makam ayah dan ibunya dijepang.
Bus berhenti didepannya, Hana naik kedalam bus dengan lemas. Dia harus mencari kerja seperti apa lagi.
Tiba-tiba saja handphonenya berbunyi, Yoona menelponnya.
“Hana cepat kembali kehotel… cepat!!!” teriak Yoona histeris.
“Aku sudah dipecat, ada apa?”.
“Supervisor terkena teguran, kalau kau tidak kembali dia yang akan dipecat!” Yoona langsung mematikan telponnya.
Hana berlari kearah pintu keluar, pintu bis belum tertutup dia melompat kemudian berlari menuju hotel.
Sesampainya di hotel dia masuk kedalam ruang karyawan, disana terlihat sangat ramai.
Hana berjalan kearah pusat keramaian, dia melihat kedalam ruang supervisor.
Tampak si tuan Investor sedang duduk disofa sedangkan supervisor dan Yoona serta beberapa orang lainnya berdiri mengelilinginya.
Yoona melihat Hana, dia langsung berlari keluar ruangan “Hana… Hana!!!” teriak Yoona sambil menariknya  dari tengah-tengah keramaian kedalam ruangan.
Shin menatap Hana tanpa berkedip, seorang bodyguard langsung menutup pintu ruangan.
“Kai…” panggil Shin.
Kai langsung mendekati Hana, memeriksa pundak Hana. Bila memang Hana adalah Kana, dipundak Kana terdapat tanda lahir berbentuk hati.
Kai kaget dan langsung memanggil Shin. “Tuan!!!”.
Shin berdiri berjalan cepat melihat tanda dipundak Hana.
“Lepas… kalian sedang apa?” Tanya Hana sambil mengancing bajunya bahkan sampai kerah baju.
Shin menatap Hana, sepertinya Hana tidak mengenalnya.
“Kalung ini milikmu?” Tanya Shin.
Hana mengangguk, “Pemberian orangtuaku sebelum mereka meninggal”.
Shin memejamkan matanya, “Siapa namamu?” Tanya Shin.
“Hana…” jawab Hana cepat.
Kai berbisik kepada Shin, “Tuan, ayo kita kekamar dulu. Disini banyak orang!”.
Shin tahu sedikit saja berita maka kehadiran Kana akan diketahui seluruh dunia, dia ingin tahu mengapa orang yang dulu mencintainya sekarang bisa lupa padanya. Jika dibilang amnesia, gejalanya sudah terlalu lama.
“Bawa dia”, Shin berjalan didepan sedang Hana ditarik paksa oleh dua bodyguard Shin.
“Aku bisa jalan sendiri” protes Hana.
Didalam lift Shin terus memandang wajah mungil Hana, wajah yang dia rindukan selama hampir lima tahun ini.
Hana terlihat ketakutan, apa menjatuhkan cincin adalah tindakan criminal?.
Didalam kamar Shin hanya ada mereka bertiga, Shin, Kai dan Hana.
“Ceritakan tentang dirimu” Shin menyuruh Hana.
“Namaku Hana, hanya Hana… ingatanku hilang empat tahun lalu semenjak kecelakaan mobil yang menimpa keluargaku, ayah dan ibuku meninggal ditempat sedangkan kakak ku berada dijepang. Aku tidak ingat apa-apa lagi, jadi maafkan aku!” Hana melihat kearah Shin.
Shin memperlihatkan cincinnya.
“cincin itu… kata kakak pemberian ayah dan ibu sebelum mereka meninggal” Hana menunduk sedih.
“Kana…” panggil Shin, “Oh..bukan Hana” ralat Shin.
Hana menatap mata Shin, “Kamu bisa berbahasa jepang?” Tanya Shin dalam bahasa jepang.
“Ya” jawab Hana.
“Apa kamu sudah memeriksakan diri ke dokter lagi?, apa kau tidak ingin ingat masa lalumu?” Tanya Shin sabar, dia tahu Hana adalah Kana.
“Memang ada apa?, terakhir kali aku periksa dengan kakak itu sudah tiga tahun lalu. Aku tidak punya uang untuk bolak-balik periksa” jawab Hana.
“Siapa kakakmu?” Tanya Shin penasaran.
“Seira, dia bekerja sebagai buruh konveksi dijepang” jawab Hana yang membuat Shin tersentak kaget.
Kai langsung berjalan menuju pintu keluar, “Tunggu Kai, jangan gegabah, aku ingin tahu alasan dia melakukan hal ini bahkan pada adiknya sendiri”, Shin mencegah Kai.
Kai langsung menurut dia berdiri disamping Shin lagi.
“Hana…” Shin meletakkan  dua cincin ditelapak tangan Hana.
Hana kaget kenapa cincin ini bisa menjadi sepasang, dia menatap kearah Shin.
“Cincin yang satunya milikku” Shin menatap wajah Hana.
Hana menatap Shin, tidak lama Shin membuka handphonenya dan menujukan foto prawedding mereka bahkan sampai foto saat mereka mengucapkan ikrar pernikahan.
“Kau dan aku suami istri, kita sudah menikah empat tahun lalu” kata Shin.
“Jangan bercanda!” Hana berdiri, dia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Tiba-tiba kepalanya terasa begitu sakit, hingga rasanya dia akan pingsan.
“Kana!!!” Shin panik, dia langsung menangkap tubuh Kana.“Panggil dokter” Shin menyuruh Kai.
Kai langsung menelpon dokter sementara Shin membawa Kana kekamarnya dan membaringkannya.
Sepuluh menit kemudian dokter datang, dia langsung memeriksa keadaan Hana.
“Mendengar riwayat sakitnya, bawa dia kerumah sakit. Aku akan melakukan CT scan, baru aku bisa mengetahui apa penyakitnya” kata Dokter.
Shin mengangguk setuju, dia menatap wajah Kana yang masih pingsan.
Dirumah sakit, Kana menjalani sejumlah pemeriksaan.
Dokter mengatakan gumpalan darah diotak Kana sedikit demi sedikit sembuh, seharusnya Kana sudah bisa mengingat semua hal.
“Mungkin factor psikologisnya, dia mengalami suatu trauma sehingga tidak ingin mengigatnya kembali” jelas dokter.
“Apa dia bisa sembuh?” Tanya Shin.
Dokter mengangguk, “Masih bisa, memang membutuhkan waktu yang lama tapi dengan terapi dia akan ingat semuanya”.

Hana membuka matanya, hidungnya mencium bau obat. Dia tahu dia berada dirumah sakit, tapi kamar ini lebih mewah dari apartemen kecilnya.
Hana bangun, dia melihat kesekeliling ruangan tidak ada satu orangpun didalam kamar. Hana turun dari tempat tidur, meyeret tiang infuse dan masuk kedalam kamar mandi.
Baru saja dia menutup pintu kamar mandi.
“Kana…!!!” teriak seseorang.
“Kana?, apa dia salah kamar?” gumam Hana, dia meyalakan flush kemudian keluar dari kamar mandi.
Shin menatapnya, kemudian memeluknya.
“Jangan pergi lagi, jangan menghilang lagi” bentak Shin, yang membuat Hana kaget.
Dia ingat sekarang, semalam dia pingsan dikamar Shin.
“Nama ku Hana, kenapa kamu terus memanggilku Kana?”.
Kai berjalan keluar ruangan, sementara Shin menggandeng Hana ketempat tidur.
“Aku tahu kau merasa semua ini tidak masuk akal, tapi apa yang kamu ingat saat ini semua adalah kebohongan” ucap Shin tenang, dia tidak ingin Kana jatuh pingsan lagi.
“Bagaimana aku bisa percaya kata-katamu?” Tanya Hana.
Shin membuka I-pad nya, dia menujukkan data diri Hana yang sebenarnya.
“Namamu Honda Kana, pewaris dari Honda Group yang memiliki kekayaan nomor dua dijepang. Ayah dan Ibu mu masih hidup, mereka sekarang tinggal di amerika sedangkan kakak mu Seira, dia menjalankan bisnis garmen dan butiknya di jepang dan perancis. Seira seorang desainer terkenal” Shin menjelaskan semuanya sambil memperlihatkan bukti-bukti yang sudah Kai kumpulkan.
“Lalu, kenapa aku disini? Kenapa mereka tidak mencariku?” Tanya Hana.
Shin menggeleng, “Aku tidak tahu kenapa kamu bisa sampai disini, tapi salah bila kedua orangtuamu tidak mencarimu”.
“Lalu kakak, kenapa dia berbohong kepadaku?” Tanya Hana, dia berusaha mengambil handphonenya untuk menelpon Seira.
Shin merebut handphone Hana, “Aku tidak tahu, itu yang akan aku cari tahu. Kau diculik saat kita akan berangkat berbulan madu, tapi media membalikkan fakta kalau kau pergi karena tidak mencintaiku”.
“Kembalikan handphone ku aku akan menelpon Kakak!” Hana berusaha merebut handphonenya.
“Tidak Kana, sampai aku tahu maksud dibalik ini semua kau tidak boleh bertemu dengan keluargamu terutama menghubungi Seira. Apa kau tidak ingin tahu kebenarannya?”.
Hana menelan ludahnya, “Aku benar-benar tidak ingat apapun”. Hana memegang kepalanya.
Shin mengecup kening Hana, “Jangan dipaksakan, kau pasti akan mengingatnya perlahan. Aku sudah menjadwalkan terapi untukmu”.
Hana kaget, kenapa Shin jadi sedekat ini?. Apa benar mereka sudah menikah?.
“Ini seperti cerita Cinderella” gumam Hana.
Shin tersenyum, “Tidak, karena kau bukanlah Cinderella. Kau adalah seorang putri bangsawan sejati”.
“Cinderella juga seorang bangsawan, tapi dia bernasib buruk sama sepertiku” Hana menatap Shin.
Entah mengapa jantungnya berdebar kencang.
“Tapi apa Cinderella menikahi seorang pangeran sebelum dia bernasib buruk?” Tanya Shin.
Hana cemberut, dia tidak ingat apapun tentang Shin ataupun keluarganya. Ini sungguh membuatnya tertekan.
“Tidurlah, besok kita pulang kerumah” Shin menepuk pelan kepala Hana.
Hana menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya, mungkin karena pengaruh obat dia jadi mengantuk.

Shin mendengar dengkuran lembut Hana, dia yakin Hana sudah tertidur pulas.
Shin keluar menemui Kai, “Tolong selidiki Seira, beritahu secara tidak langsung kalau aku sedang perjalanan bisnis ke korea. Aku ingin tahu bagaimana reaksinya”.
Kai mengangguk mengerti, dia langsung menjalankan scenario drama.
Shin masuk kembali kedalam kamar, selimut Hana terbuka. Dia bisa menatap wajah lembutnya, Shin membelai pipi lembut Hana.
“Terimakasih, kau masih hidup Kana” Shin menangis, air matanya menetes dipipi Hana.
Hana terbangun dia menatap kearah Shin, airmata mengalir dipipinya. “Tidak apa-apa, aku disini, jangan menangis” Hana mengusap airmata dipipi Shin.
Tangan Shin menyentuh tangannya, “Aku bisa gila jika tidak menemukanmu” Shin menutup matanya, dia tidak ingin terlihat cengeng dihadapan Kana.
Hana tersenyum, “Aku baik-baik saja, lihatkan!”. Ucapnya berusaha menenangkan Shin, walau dalam hatinya Hana juga frustasi karena tidak bisa mengingat siapa dirinya.
Shin menatap Hana, kemudian dia mengecup bibir Hana.
Hana menjauh dari Shin, “Aku tidak ingat apapun” ucap Hana untuk menghilangkan rasa malunya.
Shin tertawa kecil sambil memeluk Hana.
Hana adalah Kana, Kana yang empat tahun lalu menghilang, menderita amnesia akut sehingga dia tidak ingin siapa dirinya sejak empat tahun lalu.

Dijepang Seira tidak sengaja mendengar sekertaris Shin menelpon Hotel tempat Kana bekerja.
“Kenapa kau memesan kamar hotel?” Tanya Seira penasaran.
“Direktur besok akan menginap disana, dia sedang ada perjalanan bisnis ke Korea” Jawab Yuuki.
Seira langsung mengambil handphonenya untuk menelpon Kana, tapi mailbox.
Seira berjalan menjauh dari Yuuki dia masuk kedalam ruangannya.
Yuuki menatap tajam kearah Seira, “Aku sudah memberitahunya” lapor Yuuki pada Kai lewat telepon.
Rupanya Yuuki hanya berpura-pura menelpon hotel padahal dia sedang bertelpon dengan Kai.
“Hana, ini kakak… bisa kau mengajukan cuti selama seminggu? Ayo kita rekreasi bersama!” ucap Seira pada pesan mailbox Hana.
Kenapa adiknya itu tidak mengangkat telponnya?, Seira melempar ponselnya dengan kesal.
“Shin… kenapa kau kesana?, aku tidak bisa membiarkan kau bertemu dengan Kana” gumam Seira.

Shin tidur memeluk Kana, dia tidak ingin melepaskan gadis itu sedetikpun. Hana memandang wajah Shin, dia tidak asing hanya saja Hana tidak bisa mengingat apapun.
“Jangan dipaksa, aku tidak ingin kau jatuh sakit” gumam Shin seperti tahu isi hati Kana.
“Kau belum tidur?” Tanya Hana.
“Aku sudah lama tidak bisa tidur, jika kau memelukku mungkin aku akan tertidur lelap” jawab Shin.
Hana tersenyum, dia memeluk Shin. “Apa aku dulu mencintaimu?”.
“Sangat… kau sangat mencintaiku” bisik Shin yang tidak lama tertidur. Hana ikut memejamkan matanya.

Musim dingin, salju turun semakin lebat bahkan balkon kamar Hana menjadi gunungan es.
Hana berdiri didalam kamarnya, sudah tiga hari dia tinggal dirumah Shin.
Tidak ada kegiatan apapun yang bisa dia kerjakan, bahkan ketika dia hendak memegang sapu seorang pelayan sudah merebutnya.
Hana merasa bosan, sampai saat bel rumah berbunyi.
“Hanaaa!!!” teriak Yoona mengagetkannya.
Hana berlari memeluk sahabatnya itu, “Yoona aku kangen”.
“Aku tidak percaya kau menghianatiku” ucap Yoona sambil mencibir.
Tidak lama kemudian Shin masuk bersama Kai.
“Aku pulang” ucap Shin sambil mengecup bibir Hana, kemudian Shin menoleh kearah Yoona.
“Ajak sahabatmu ini makan malam, aku akan ke ruang kerja” Shin tersenyum pada Yoona kemudian menepuk-tepuk kepala Hana.
“Apa tidak ada gossip?’ Tanya Hana.
Yoona menggeleng, “Dia… maksudku suamimu itu bisa membeli semua mulut penggosip”.
Hana tersenyum, “Baguslah”.
Yoona meneguk orange juicenya, “Aku percaya Cinderella itu ada, tapi jangan kau lari dan lepas sepatu kacamu ya?, dia sdah lelah mencarimu”.
Hana tertawa kecil, “Dia mengatakan kalau aku bukan Cinderella, tapi nemo… karena dia susah mencariku”.
Yoona tertawa terbahak, ketika pelayan memberitahu waktu untuk makan malam.
Hana dan Yoona pergi keruang makan, Shin dan Kai sudah menunggu tetapi mereka masih sibuk membicarakan masalah pekerjaan.
“Shin… bisa kau teruskan nanti, ini meja makan” kata Hana tegas.
Shin tersenyum lembut, “Baiklah kita lanjutkan nanti Kai, tapi aku masih menunggu tamu untuk makan malam”.
Hana bingung, “Tamu?”.
Shin mengangguk, “Orang yang sangat dekat denganku, sebelum aku bersamamu”.
Hana berusaha mengingat, tapi dia tidak ingat apapun.
“Seorang wanita pasti” bisik Yoona memanasi Hana.
Hana meminum air mineral, tiba-tiba saja seseorang menutup matanya.
“Siapa aku?” ucap seorang pria.
“Ehem… kau berani menyentuhnya?!” ancam Shin.
Taka mengangkat tangannya, “Jangan jahat begitu, aku juga kangen padanya. Ingat dia menggemaskan sewaktu mengajakku nge date”.
Hana melihat kearah Taka, dia juga tidak mengingat Taka.
Shin yang mengerti ekspresi wajah Hana langsung menyuruh Taka duduk.
“Sayang!” panggil Shin.
Hana menoleh kearah Shin, “Iya aku tahu” gumam Hana lirih.
“Jadi benar Kana tidak mengingat kejadian empat tahun lalu?” bisik Taka pada Shin.
Shin mengangguk.
Suasana dirumah jadi ramai, Hana dan Yoona jadi banyak tertawa sampai saat tidak sengaja Yoona menumpahkan orange juice kebaju Hana.
Hana terdiam dia seperti melihat kejadian dimana dia tidak sengaja menumpahkan kopi kepada Shin.
Shin mendekat kearah Hana.
“Aku ingat, aku pernah menumpahkan kopi kebajumu” Hana menoleh kearah Shin.
Shin tersenyum sambil mengangguk, “Itu awal kita bertemu”.
Hana tertawa senang begitu pula Yoona dan Taka.
“Terapinya sedikit berhasil” gumam Shin , dia tersenyum lembut kearah Kana.
Diruang kerja Shin melihat Hana mengobrol dengan Yoona.
“Apa kau yakin Seira pelakunya?” Tanya Taka.
Shin memejamkan matanya, “Aku belum tahu, selama bukti belum ada ditangan aku tidak bisa memastikannya”.
Taka teringat ketika Seira mengajaknya kerumah Kana dengan alasan kangen pada adiknya itu.
“Em… Shin aku tidak tahu ini benar apa tidak, aku sempat mendengar gossip kalau Seira itu anak angkat keluarga Honda. Tapi gossip ini aku dengar saat kau berpacaran dengannya dulu”.
Shin langsung terpikirkan sesuatu, “Kai…” panggilnya. “Telpon Yuuki bilang padanya aku akan tinggal lama dikorea” Shin merencanakan sesuatu.

Malam itu tepat dihotel Shin menghadiri pesta ulang tahun rumah mode dan produksinya.
Semua artis korea dan jepang hadir di pesta meriah itu, termasuk Seira yang daritadi mencari Shin.
Dia juga tidak bisa menghubungi Kana, dan parahnya lagi Kana telah dipecat dari hotel. Dia juga tidak bisa mencari Kana diapartemen, pengurus gedung bilang Kana sudah lama pindah.
Pesta topeng dimeriahkan oleh beberapa penampilan dari artis internasional sepert Taylor Swift dan Lady Gaga, dua artis fenomenal itu jelas mencuri perhatian para tamu undangan.
Terlebih saat Taylor Swift menyanyikan lagu romance countrynya, saat itu Shin yang memakai tuksedo merah marun datang menggandeng Hana yang memakai topeng sehingga tidak ada satu orangpun yang tahu siapa dibalik topeng itu.
Shin langsung membawa Hana kelantai dua diruangan VVIP, disana ada beberapa artis dari manajemen lain.
“Shiiin” sambut Ji Young dan Young Bae, mereka adalah rekanan bisnis sewaktu Bigbang mengadakan Tour Concert di jepang.
“Apa kabar?” Tanya Shin sambil memeluk Ji Young dan Young Bae bergantian.
Dua cowok itu menoleh kearah Hana, “Dan dia?” Tanya Ji Young penasaran. Dia tidak pernah melihat Shin menggandeng seorang wanita selama ini.
“Istriku” jawab Shin sambil memeluk pinggang Hana.
Kedua cowok itu langsung bersiul, “Dia tidak pernah membawamu kepesta manapun, sehingga banyak wanita mengira suamimu ini masih single!” ucap Youngbae pada Hana.
Hana tersenyum, “Itu karena aku tidak suka publikasi” jawab Hana.
Shin memeluk Hana, “Banyak cowo tampan disini, aku harap kau tidak lupa padaku”.
Hana menoleh kearah Shin kemudian tersenyum, “Tidak akan”.
Pesta semakin meriah saat acara dansa dimulai.
Seira melihat Shin menggandeng seorang wanita, memang banyak wanita yang ingin menjadi pendamping Shin. Tapi dia tidak menyangka kalau Shin akan menggandeng wanita lain.
Seira menaiki anak tangga berusaha pergi keruang VVIP, tetapi bodyguard Shin menghalanginya.
“Katakan pada Shin kakak iparnya ingin bertemu!” ucap Seira.
“Maaf tapi direktur berpesan dia tidak ingin diganggu oleh siapapun” sahut bodyguard.
Seira tidak kehabisan akal, dia mencoba menelpon Shin. Dia melihat Shin mengeluarkan handphonenya, Seira tersenyum senang tapi senyumnya sirna ketika Shin mereject telponnya dan memasukkan kembali handphonenya kedalam saku tuksedo.
Shin asik mengobrol dengan beberapa tamu dan dia tetap memeluk pinggang wanita itu, Seira tidak pernah melihat Shin seperti itu. Tidak tahan melihat Shin dekat dengan wanita lain Seira pergi dari pesta topeng, dia lebih baik mencari Kana sekarang.
Kai melaporkan kejadian itu pada Shin, Shin tersenyum “Dia pasti akan mencari Kana”.
Kai mengangguk, “Anda benar tuan, dia sudah bertanya kepada pihak hotel”.
“Bagus, tinggal tunggu waktunya saja” Shin menoleh pada Hana yang digoda oleh beberapa pria.
Shin berjalan kearah Hana, “Kau memang wangi, aku tinggal sebentar saja sudah banyak kumbang yang mendekatimu”.
“Aku bilang pada mereka aku sudah menikah, tetapi mereka hanya menertawakan aku” Hana manyun.
Shin menarik tangan Hana ketengah ruang pesta.
Langkah Hana tiba-tiba terhenti, “Apa kita pernah mengalami ini?” Tanya Hana pada Shin.
Dia seperti melihat sebuah memori kejadian yang hampir sama.
Shin mengangguk, “Saat kita bertunangan”.
Sesampai ditengah ruang pesta Shin berdansa dengan Hana.
Beberapa wanita mengajak Shin berdansa tapi Shin menolak, dia tidak ingin siapapun kecuali istrinya.
“Aku ingin mengumumkan sesuatu, seperti yang kalian tahu bahwa aku sudah menikah dan untuk pertama kalinya akan kuperkenalkan istriku” ucap Shin ditengah pesta.
Semua orang langsung mendekat untuk mendengar berita penting itu, terlebih artis-artis mereka ingin tahu seperti apa istri pria yang mereka idolakan.
“Namanya Honda Kana, kami menikah saat SMA. Banyak rumor yang mengatakan dia tidak mencintaiku, tapi sebaliknya Kana adalah seorang yang sangat mencintaiku. Aku harap rumor yang tidak benar selama hampir lima tahun ini akan berakhir sekarang” kata Shin sambil memandang wajah Kana yang menggunakan topeng.
Shin mengecup bibir Kana, seketika ruang pesta menjadi riuh oleh tepukan tangan dan ciutan kegembiraan.

Berita perkenalan istri Shin mulai tersebar diberbagai media massa dan online, Seira membanting majalah yang membahas pernikahan Shin.
“Bagaimana dia bisa memperkenalkan wanita itu sebagai Kana?, aku tidak percaya Shin sampai segila ini” Seira mengacak acak rambutnya.
Dia yang pertamakali bertemu Shin, walau mereka berbeda dua tahun tapi Seira sangat mencintai Shin. Dia sempat gonta-ganti pacar tapi sampai sekarang hanya Shin yang dia cintai, hingga saat dimana Shin bertemu dengan adik angkatnya Kana.
Shin dengan cepat melupakannya dan bertunangan dengan adiknya, orangtua angkat Seira tidak pernah menganggapnya seperti anak setelah kehadiran Kana diusianya lima tahun.
Malam itu hujan deras mengguyur gudang tua saat preman suruhannya membawa tubuh Kana kehadapannya dia ingin sekali membunuh Kana.
Tapi gadis itu membuka matanya, “Kak.. sakit!” rintih Kana sambil meringkuk.
Seira tercekat, dia tidak tahu Kana masih hidup.
“Kakak, syukurlah kakak menolongku” gumam Kana, darah terus bercucuran dari kepalanya.
“Menolong?!. Aku ingin kau mati sekarang” teriak Seira tidak dapat menahan emosinya lagi.
“Kau yang selalu disayang ayah ibu, apapun yang kau lakukan mereka selalu membelamu. Dan kau juga yang mengambil orang yang aku cintai” Seira menendang tubuh Kana.
Kana tersungkur, kali ini perutnya terasa seperti akan pecah.
Kana menangis, “Aku hanya ingin hidup seperti gadis normal lainnya, aku tidak tahu kakak membenciku, aku juga tidak tahu kakak mencintai Shin. Ijinkan aku hidup, aku akan hidup sebagai gadis normal”.
Kana pingsan karena kehabisan darah , sebelum dia pingsan Kana mengatakan, “Aku menyanyangimu kak!”.
Seira tercekat, dia tidak percaya dia hampir membunuh Kana. Satu-satunya orang yang tulus sayang padanya, walau dia membenci Kana adik angkatnya itu tetap saja baik padanya.

Orangtua Kana menghubungi Shin, mereka membaca artike yang menyebutkan Shin sudah menemukan Kana.
“Ibu… jangan menangis, aku masih belum menemukannya. Itu hanya untuk menghindari rumor” Shin berbohong pada Ny. Honda.
Seira yang mendengar langsung menggebrak meja kerja Shin.
“Bagaimana bisa kau berbohong?” Tanya Seira marah.
Shin menutup telponnya, “Untuk menghilangkan rumor” jawab Shin santai.
“Bagaimana bila Kana membaca artikel itu?” Tanya Seira lagi.
“Dia akan kembali padaku bila tahu ini semua” jawab Shin.
“Kana tidak mungkin kembali padamu dia tidak ing…” hampir saja Seira keceplosan.
Shin menatap penasaran, “Kenapa dia tidak ingin kembali padaku?” Tanya Shin mengintimidasi.
Seira gugup, dia mengambil tasnya “Aku tidak ingin orang lain berbohong tentang adikku”.
“Kalau kau sendiri apa boleh berbohong?” Tanya Shin lagi.
Seira terkejut, dia menarik nafasnya “Aku tidak akan pernah berbohong!” teriak Seira. Seira keluar dari ruangan Shin.
Disudut ruangan Hana mendengar pertengkaran Seira dengan Shin.
Seketika gambaran kabur ketika Seira ada dihadapannya.
“Sakit…” gumam Kana, dia memegang kepalanya yang bercucuran darah.
“Pukul dia!” teriak seorang.
Kana membuka matanya, “Kakak Sakit!” ucapnya ketika melihat Seira.
“Ka…kana!!!” Seira terkejut.
“Kakak, Sukurlah kakak datang menolongku” gumam Kana sambil menahan rasa sakit.
“Menolong?. Aku ingin membunuhmu” teriak Seira yang membuat Kana terkejut.
“Kau yang selalu disayang ayah ibu, apapun yang kau lakukan mereka selalu membelamu. Dan kau juga yang mengambil orang yang aku cintai” Seira menendang tubuh Kana.
Kana menggeram kesakitan, dia begitu menyanyangi Seira “Aku hanya ingin hidup seperti gadis normal lainnya, aku tidak tahu kakak membenciku, aku juga tidak tahu kakak mencintai Shin. Ijinkan aku hidup, aku akan hidup sebagai gadis normal”.
Kana menjerit ketika ingat semua kejadian itu, lebih baik dia tidak mengingatnya.
Shin panic, dian dan Kai langsung berlari keruang istirahat yang tersembunyi dibalik lemari buku kantor Shin.
“Kana… kana!!!” teriak Shin.
Kana menangis kemudian jatuh pingsan.

Dikamar Shin panic kenapa Kana tidak juga sadar, “Kai telpon dokter!!!”.
Shin pergi mengambil selimut, begitu dia kembali Kana tidak ada ditempat tidur.
Kana berlari pergi dari rumah Shin, dia mencegat taksi menuju keapartemennya.
Yoona menelponnya, “Kau suruh aku pesan tiket kemana?” Tanya Yoona kesal.
“Indonesia, aku mohon bantu aku Yoona” jawab Hana cepat.
“Kenapa jauh sekali, apa kau akan berlibur? Dengan siapa? Bersama Shin?” Tanya Yoona.
Kana menggeleng, “Aku…sudah ingat semuanya, aku ingat alasan kenapa aku melupakan Shin dan keluargaku. Aku mohon bantu aku kali ini”.
Yoona mendesah, “Okay, penerbangan jam 7 malam nanti paling cepat. Aku kirim tiket ke emailmu, jadi kau tinggal pergi kebandara saja”.
Yoona menutup telponnya, Kai sudah berada didepannya.
“Jam tujuh nanti dia akan kebandara, dia bilang dia sudah ingat semuanya. Aku tidak tahu yang aku lakukan ini baik atau buruk untuk sahabatku” Yoona menunduk.
“Nona Kana, dia punya alasan kenapa harus melupakan semuanya. Dan kita harus membantunya menghadapi kenyataan” ucap Kai.
Yoona mengangguk mengerti.

Dibandara Kana menujukkan tiket, dia memasukkan barangnya kebagasi pesawat.
“Pesawat akan terbang jam 8.30 malam gate 3, silahkan duduk diruang tunggu” ucap petugas.
Kana menarik kopernya, dia memejamkan mata berusaha melupakan semua kenangannya bersama Shin.
Yoona menelponnya, “Hana… jangan lupa kembali kesini lagi yha!”.
“Pasti, setelah keadaan normal aku akan bertemu denganmu lagi” ucap Hana.
Pengumuman pesawat yang dia tumpangi akan segera berangkat, tiba-tiba seseorang membiusnya dari belakang.

Kana terbangun oleh sinar matahari yang menerpa wajahnya, kepalanya terasa pusing.
Seira berdiri dihadapannya, “Hidup sebagai gadis normal? Jangan bercanda!” ucap Seira sambil menyiram air es kearah Kana.
“Kak…!” ucap Kana.
“Aku bukan kakakmu, kau ingin merebut Shin lagi dariku. Hentikan aktingmu sebagai Hana!” teriak Seira.
Kana menggigil kedinginan, “Aku akan pergi, aku tidak merebutnya. Walau aku mencintainya aku tidak akan merebutnya, takdirlah yang mempertemukan kami kedua kalinya”.
“Jangan bercanda!!!” Seira menampar pipi Kana.
“Hampir lima tahun dia mencarimu, aku menyembunyikanmu dikorea tapi kenapa kau muncul lagi dihadapannya?” ucap Seira.
Kana hanya bisa merasakan darah didalam mulutnya, “Aku tidak tahu kenapa kau seperti ini kak!, uang dan popularitas semua kau miliki. Kenapa kau iri denganku?”.
Ketika Seira hendak memukul Kana dengan tongkat besi, “Kamu merebut semua yang aku inginkan, Aku membencimu!!!” tiba-tiba saja Shin memegang tongkat itu.
“Hentikan Seira!” teriak Shin keras.
Seira yang kaget langsung bergerak mundur, “Bagaimana bisa?”.
“Aku memasang GPS pada handphone Kana, selama ini kami sudah tahu kau pelakunya. Hanya saja aku belum memiliki bukti, dan sekarang kau tidak bisa lolos lagi” Shin merebut tongkat besi dari tangan Seira.
“Seira…” panggil Ny. Honda tidak percaya.
“Kami membesarkanmu seperti putri kami sendiri, walau kamu adalah anak dari musuh kami!” ucap Tuan Honda tidak percaya.
“Hentikan ayah!” ucap Seira.
“Bagaimana kami bisa diam, bila putri kami kau sakiti seperti ini?” teriak Tuan Honda kecewa.
“Takeda adalah orang yang ingin membunuh istriku sewaktu sedang hamil Kana, dan kami memenjarakan dia dengan syarat kami mengasuhmu. Pikirkan betapa sakit hatinya kami saat itu?!” Tuan Honda melepaskan semua emosinya.
“Sekarang lebih baik kau bersama ayahmu” teriak Ny. Honda sambil menangis.
Seira terduduk, “Kana..kana…kana… semua orang hanya menyebut nama Kana, bahkan desain pakaianku yang laris hanya buatan Kana, kenapa harus ada kau Kana?”.
Kana menatap iba kearah Seira, “Kakak!!!”.
Shin melepas ikatan ditangan Kana, dia memeluk pinggang Kana.
Kana berjalan kearah Seira, “Kau iri padaku?”.
Seira menatap tajam kearah Kana, “Shin dulu adalah pacarku, kau merebutnya!” desis Seira.
Kai datang bersama polisi, dengan cepat mereka menangkap Seira.
“Biar kami yang mengurus ini Kana, bagaimanapun dia juga anak angkat kami?” ucap Ayah.
Kana mengangguk mengerti, walau sekecewa apapun, Ayah tidak mungkin bertindak kasar pada Seira.

Malam itu, Kana memandang laut dari dalam kamarnya.
Bunga mawar bertebaran diseluruh ruangan, Shin memeluk Kana dari belakang.
Shin sengaja menciptakan suasa romantic.
“Honda Kana, siapa suamimu?” Tanya Shin.
“Aoyama Shin” Jawab Kana.
“Siapa orang yang kamu cintai?” goda Shin.
“Aoyama Shin” ucap Kana sambil tersenyum pada Pria yang dia cintai.
“Terimakasih” bisik Shin, “Terimakasih untuk tetap hidup”.
Kana tersenyum, “Terimakasih telah mencariku dan terimakasih telah setia padaku”.
“Empat tahun aku menahannya, hanya kamu yang berhak atas diriku” Shin membalik tubuh Kana.
Dia menggendong Kana dan membawanya keatas tempat tidur yang dipenuhi kelopak mawar.
“I Love You Shin” ucap Kana, Shin tersenyum.
Itu adalah kata-kata yang paling dia rindukan.

Tamat-















Senin, 22 Februari 2016

Love Me Kana

Januari 2014
Kana menggebrak meja, dia menatap nanar kearah tiga cewek yang dari tadi menganggunya.
“Apa masalah kalian denganku?” Dengan nada kesal Kana memelototi Yuriko, Akiko, dan Yuko.
Ketiga cewek itu malah tertawa melihat kekesalan Kana.
Kana adalah murid beasiswa di Seika Academy, sekolah elit khusus perempuan, dimana hampir separuh murid perempuan orang-orang kaya di Jepang belajar disini.
“Masalah kami… kamu adalah murid beasiswa, dan kamu belajar disini dengan uang orangtua kami” Yuriko mengibaskan rambutnya.
“Benar..benar… Kana adalah murid beasiswa, tandanya Kana adalah orang pintar!” Sambung Yuko sambil tersenyum.
Kana tertawa geli mendengar jawaban Yuko, dia sebenarnya cewek yang baik tapi karena dia bersama dengan Yuriko dan Akiko dia menjadi cukup meyebalkan.
“Yuko… lebih baik kau diam saja” Bisik Akiko, sambil melirik kearah Yuriko yang terlihat sebal.
Kana menggelengkan kepalanya melihat tiga cewek didepannya berdebat, dia memasukkan buku kedalam tas kemudian pergi meninggalkan tiga cewek yang masih juga berdebat.

Musim panas, baju seragam bewarna putih bersih, berkerah sailor bewarna merah muda.
Karena seragam ini dia masuk kedalam Seika Academy.
Kana sebenarnya bukanlah anak orang tidak mampu, hanya saja dia tidak ingin terlihat berlebihan.
Kana memilih hidup terpisah dengan keluarganya, bukannya dia diusir tapi dia tidak nyaman dengan kehidupan mewah yang selalu diajarkan Ibunya.
Orang tua Kana memiliki sebuah perusahaan automotif terbesar di Jepang, belakangan ini ayahnya juga memulai usaha minyak bumi dan Ibunya adalah seorang anggota dewan pemerintahan serta seorang pengusaha dalam bidang makanan tersukses.
Sedangkan kakaknya, Seira adalah seorang desainer terkenal. Keluarganya adalah orang-orang hebat, tetapi apa fungsinya keluarga bila dia tidak pernah merasakan kehangatan didalam rumah.
Rumah yang sangat besar berisikan beberapa pegawai tanpa pernah ada tuan rumahnya kecuali dia.
Kana membeli cheesecake, dia teringat anak tetangga apartemennya berulangtahun.
“Umurnya berapa?” Tanya  pelayan toko  yang sangat tampan.
Kana tersenyum , “Enam”.
Sang pelayan menancapkan lilin yang berbentuk angka enam.
“Terimakasih” ucap Kana sambil mengambil kotak kue.
Angin berhembus dingin, Kana membeli segelas kopi di toko pinggir jalan.
Ini kehidupan yang dia sukai, dia bisa berjalan-jalan membeli makanan dan minuman dipinggir jalan yang rasanya tidak kalah dengan makanan di hotel dan restoran berbintang.
BRUUUKKK!!!
Tanpa sengaja kopi  Kana tumpah mengenai baju Cowok yang menabraknya.
“Hey!!!” Bentak cowok itu marah.
Tersentak kaget Kana menatap kemeja putih yang sekarang bernoda coklat.
“Maaf, tapi kau tadi yang menabrakku!” kilah Kana.
Cowok itu merebut kopi dari tangan Kana kemudian membantingnya, “Kau yang buat bajuku kotor tapi kau malah marah?”.
“Aku hanya beritahu bahwa bukan sepenuhnya salahku bila bajumu kotor!” ucap Kana tidak kalah keras.
Semua orang dijalan melihat kearah mereka, orang-orang berbisik-bisik.
“Shin…” Tegur Cowok yang ada ditoko kue tadi.
Shin menatap kearah sahabatnya Taka, kemudian kembali melotot kearah Kana.
“Masuk cafeku dulu, jangan bertengkar diluar” seru Taku.
“Tidak perlu” Bentak Shin.
Kana mendengus kesal dia mengeluarkan uang yang pantas untuk ongkos laundry, “Tidak perlu, ini uang laundry”.
Shin menatap uang yang dimasukkan Kana kedalam saku kemejanya.
“Kau bercanda?” Bentak Shin semakin marah.
Kana mengangkat bahunya, “Kenapa marah?, aku sudah bertanggung jawab. Sekarang aku permisi”.
Kana menyebrangi jalan, pergi meninggalkan Shin yang merasa harga dirinya sangat amat terluka.

Aoyama Shin, putra tunggal dari Aoyama Group yang bergerak dibidang pertambangan, bank, distributor, retail, hotel dan masih banyak lainnya nomor satu dijepang diberi uang laundry sebesar  5.000 Yen.
Taku tertawa keras disampingnya, dia tidak menyangka temannya itu akan dipermalukan didepan umum.
Shigure Takuyama, anak kedua dari pemilik rumah sakit dan ayahnya juga berkecimpung didunia politik dan merupakan politikus ternama. Dia membuka Toko Kue, Taka mempunyai keahlian membuat kue.

Apartemen Sakura, sebuah apartemen sederhana tempat tinggal Kana.
Kana mengetuk pintu apartemen keluarga Nishida.
“Kana?...” Sambut Risa sambil menggendong  si kecil Ai.
Kana menujukkan kotak kue yang dibawanya, “Mana Ran?”.
“Didalam bersama ayahnya” jawab Risa.
Kana masuk kedalam melihat Tuan Nishida menghias ruang keluarganya dengan pita-pita berwarna merah muda.
“Raaaa…nnn, aku bawa kue” ucap Kana sambil tersenyum.
Ran yang dari tadi merengut langsung tersenyum melihat kotak kue yang dibawa Kana.
Setelah mempersiapkan semua Risa dan Tuan Nishida menyalakan lilin ulang tahun Ran.
Menyanyikan lagu uang tahun untuk Ran, gadis kecil itu terlihat begitu senang.
Risa tersenyum kepada Kana “Terimakasih”, ucapnya.
“Jangan begitu, Ran sudah aku anggap sebagai adikku sendiri” bisik Kana.

Diapartemennya, Kana terus teringat senyum keluarga Nishida.
Tuan Nishida kehilangan istrinya dua tahun lalu setelah melahirkan Ai.
Risa adalah anak pertama, dan dia seumuran Kana,  mereka bersahabat sejak Kana pidah keapartemen sakura.
Keluarga yang hangat, walau tanpa kehadiran sosok ibu.

Angin berhembus sepoi-sepoi, mata Kana terasa mengantuk.
Bell istirahat berdering, disambut teriakan teman-teman satu kelasnya.
Kana berjalan keluar dari kelasnya, dia malas bertengkar dengan Yuriko, Akiko dan Yuko.
Tiba-tiba saja suasana koridor menjadi ramai.
Semua siswi mengarahkan posel tercanggih mereka untuk mengambil foto orang  yang berjalan sepanjang lorong kelas.
Shin berjalan dengan angkuhnya memeriksa tiap kelas, hingga pandangan mata mereka bertemu.
“Kau!!!” teriak Shin sambil menujuk Kana.
Kana menghela nafasnya, dia laki-laki yang menabraknya tadi malam.
Shin berjalan menghampirinya dengan Taka, Taka melambaikan tangan dengan ramah kearahnya.
“Hai” sapa Taka tersenyum manis, Kana membalasnya dengan senyuman singkat.
“Aku sudah memberimu uang laundry, apalagi sekarang?” Tanya Kana.
Shin tersenyum sinis. “Uang?” Shin mengeluarkan segepok uang 100.000 yen kemudian memasukkan ke saku Kana.
Kana mengedip-kedipkan mata, mengeluarkan uang segepok yang dimasukkan Shin kedalam sakunya.
“Siapa namamu?” Tanya Shin.
Kana masih menatap uang ditangannya.
“Hey…baru  melihat uang segitu saja kamu sudah membisu” ucap Shin mengejek.
Kana memejamkan matanya, berusaha menahan emosinya.
Taka menatap kearah Kana yang terlihat marah, dia tersenyum kemudian berkata pada dirinya sendiri “Ini semakin menarik”.
“Terimakasih uangnya” Kana tersenyum, dia berjalan melewati Shin dan Taka menuju ruang guru.
Shin dan Taku heran melihat sikap Kana, dengan gampangnya gadis itu menerima uang.
Shin berjalan mengikuti Kana sambil mengomel, “Ya tentu kau harus berterimakasih”.
Kana memasukkan uang tersebut ke kotak amal yang terletak disebelah ruang guru.
Shin langsung terdiam melihat sikap Kana, terperangah melihat segepok uang 100.000 berada didalam kotak amal.
Taka tertawa terbahak-bahak melihat sahabatnya itu mematung.
“Terimakasih, kau sudah membantu orang yang tidak mampu” Kana tersenyum manis yang kemudian pergi meninggalkan kedua cowok yang terpaku melihat senyuman Kana.
Shin teriak marah, sementara Taka sambil tertawa berusaha menenangkan sahabatnya.

Diapartemennya Kana membaca majalah bisnis yang dikirimkan ayahnya.
Disana tercatat beberapa profil anak-anak orang terkaya, Seira pun masuk kedalam daftar.
Kana memperhatikan dua sosok laki-laki yang familiar dimatanya.
Handphonenya berdering, “Hallo” jawab Kana.
“Besok datang ke hotel jam 5 sore” suruh ibunya yang langsung menutup telpon.
Kana mendesah, pasti karena majalah ini. Kana melempar majalah kelantai.

Seperti biasa sebelum bertemu dengan anggota keluarganya dia harus mampir kesalon dan butik terkenal, menyulap penampilan dari gadis polos menjadi gadis high class.
Kana memasuki hotel bintang lima, dia berjalan sambil memperhatikan ponselnya. Seira dari tadi mengirim pesan.
Brukkk!!!
Tidak sengaja Kana menabrak tubuh seorang laki-laki, “Maaf!!!” ucap Kana.
Shin mendenguskan nafasnya dengan kesal.
“Kau..kau…kau lagi!” bentak Shin marah.
Seluruh staff hotel dan pengunjung melihat kearah mereka berdua.
Shin melihat penampilan Kana yang seperti putri bangsawan dari ujung rambut hingga ujung kaki.
“Sedang apa kau disini?” Tanya Shin curiga.
Kana sedang tidak ingin berdebat.
“Apa kau ingin menjual diri?” Tanya Shin lagi.
Kana dengan cuek berjalan meninggalkan  Shin yang sibuk berargumen sendiri.
Shin berjalan mengikuti Kana.
Seira melambaikan tangan pada adik semata wayangnya.
“Kana!” teriak Seira senang.
Shin berjalan dibelakang Kana, dia terkejut melihat Seira memeluk Kana begitu akrab.
Seira melirik kearah Shin.“Shin?” Tanya Seira kaget.
Shin tersenyum kikuk didepan Seira.
“Kau kenal Shin?” Tanya Seira pada Kana.
Kana menggeleng, “Tidak… aku tidak kenal dengannya”.
“Shin… dia Kana adikku” Seira tersenyum manis.
Shin langsung menelan ludahnya, “Adik?”.
Kana tersenyum tipis “A..d..i..k” tegas Kana pada Shin.
“Sepertinya kalian sudah saling kenal” Seira tersenyum kemudian menggandeng adiknya keruang pesta.
Shin masih berjalan dibelakang mereka, dia memandang Seira terus menerus.
Kana terlihat tidak nyaman dengan suasana pesta, terlebih ketika Seira pergi meninggalkannya.
Shin melihat Kana yang hanya diam dan memakan beberapa kudapan.
“Kau datang?!” tegur Ibu Shin.
Shin tersenyum kearah ibunya, “Ibu yang menyuruhku datang”.
Wanita itu tersenyum sambil memeluk anak semata wayangnya.
“Ah… Nyonya Ai” ibunya menegur seorang wanita yang seumurannya.
Shin pergi meninggalkan ibunya.
“Nyonya Aoyama, apa kabar?” Mrs. Ai menyapa dengan hangat.
Shin mencari Kana, tapi dia tidak melihatnya didalam ruang pesta.
Siera berdiri diatas panggung.
“Selamat malam dan salam bahagia untuk semua yang sudah datang kepesta ini, saya sebagai wakil dari beberapa anak orang ternama didalam majalah Times Asia mengucapkan terimakasih atas terselenggaranya acara ini” Seira tersenyum kepada para hadirin di pesta.
Di ujung ruangan Kana berusaha menyembunyikan diri, dia melihat Seira yang tampak begitu mempesona diatas panggung.
“Dan kali ini saya juga ingin memperkenalkan adik saya yang terus mensupport saya hingga saya menjadi seorang yang berhasil seperti sekarang…”. Seira mencari-cari Kana.
Shin berhasil menemukan Kana, dia berjalan mendekati gadis itu.
“Aku sedang tidak mood untuk berdebat” Kana meletakkan gelas diatas meja.
Shin tertawa kecil, “Kamu pikir aku kesini untuk berdebat denganmu? GR sekali” Shin mengambil minuman diatas meja.
Saat Kana hendak keluar dari ruang pesta tidak sengaja Shin menumpahkan cocktail pada baju Kana.
“Apa ini?” Tanya Kana sewot.
Shin tersenyum, “Aku tidak sengaja, kau yang menabrakku”.
Kana mendenguskan nafasnya Shin membalas perkataannya dulu, Kana menahan amarah dan kesal.
Shin meraih lengan Kana, “Apa perlu uang laundry?”.
Tiba-tiba lampu sorot, menerangi  mereka berdua.
“Dia Adikku Kana!” seru Seira dari atas panggung sambil menujuk kearah Kana.
Tapi semua terdiam ketika melihat Kana bersama Shin, Shin menggenggam erat lengan Kana.
Shin langsung melepaskan lengan Kana.
“Shin… apa kau jatuh cinta pada Adikku?” canda Seira dari atas panggung untuk memecah suasana, yang disambut gelak tawa semua orang dipesta.
“Kemari Kana, atau kamu digoda olehnya” Seira tertawa kecil.
Shin hanya diam malu, dia melihat Kana berjalan menuju kearah panggung.
“Perkenalkan Kana adikku putri kedua pewaris dari keluarga Honda, Kana selalu mensupportku untuk membuat desain-desain trend terbaru”.
Semua wartawan mengambil foto Kana, gadis itu terlihat sangat tidak terbiasa dengan acara seperti ini.
Kana tersenyum tipis kesemua undangan pesta dan wartawan, dia berjalan mendekati Seira.
“Shin menumpahkan cocktail digaunku, aku pulang dulu” bisik Kana pada Seira sambil memperlihatkan noda merah digaunnya.
“Tapi acara baru saja dimulai” protes Seira.
“Lagi pula besok aku ada ujian” Kana membuat alasan lagi.
Kakaknya itu tersenyum mengangguk, Kana berjalan keluar ruang pesta.
Shin mengikuti Kana, sepertinya sekarang dia memiliki kebiasaan mengikuti Kana.
Kana langsung berbalik menghadap Shin, “Rahasiakan ini!” kata Kana.
Shin yang kaget karena Kana tiba-tiba berbalik menatapnya dengan pandangan tajam.
“Aku menyembunyikan identitasku, jadi aku harap kamu tidak cerita sama yang lain” Suruh Kana.
Shin menarik sudut bibirnya, baru kali ini dia bertemu dengan anak bangsawan yang menutup identitas dirinya.
“Baiklah” Shin menyetujui keinginan Kana.
Kana menghela nafas lega, dia berbalik tapi Shin menangkap lengannya kembali.
“Apa?” Tanya Kana.
“Aku antar pulang, tidak mungkin kamu naik kendaraan umum dengan pakaian seperti ini”.
“Tidak apa-apa, toh tidak ada yang kenal” kata Kana cuek.
Shin memaksa Kana, menariknya masuk kedalam mobil. “Selalu saja membantah” kata Shin sebal.
“Apa kau merasa bersalah telah menyiramku dengan cocktail?”.
Shin menyalakan mesin mobil, “Anggap saja begitu”.
Shin mengajak Kana ke toko baju untuk mengganti gaunnya yang tersiram cocktail, kemudian mereka berdua makan malam bersama direstoran cepat saji.
“Kenapa merahasiakan identitasmu?” Tanya Shin.
Kana memakan burgernya, “Orang akan kelihatan sifat asli mereka bila mereka tidak tahu siapa aku, kamu sendiri pasti pernah merasa dimana banyak orang yang berusaha menjilat dan cari perhatianmu”.
Shin mengangguk-angguk, “Tapi kamu harus sadar pada kenyataan bahwa kita adalah pewaris tahta perusahaan”.
Kana meniup coca-colanya hingga buih-buih soda naik keatas permukaan, “Aku tahu”.
“Aku hanya ingin menyadarkanmu, tidak mudah orangtua kita menjadi seperti sekarang” Shin menggigit burger miliknya.
“Aku hanya ingin hidup sederhana sementara ini” Kana menatap mata Shin.

Dimalam itu Kana terngiang-ngiang kata-kata dari Shin.
Dia tidak bisa tidur, Kana menatap atap kamarnya. Dikala dia bisa tidur nyaman kenapa dia pindah ketempat seperti ini?.
Kana membuka jendela kamarnya, bukan kemewahan seperti itu, dia ingin kasih sayang dari keluarganya. Dimana ibunya memasak untuknya, ayah bercanda dengannya dan Seira bisa mengobrol akrab dengannya.
Keesokan harinya Kana masuk kedalam kelasnya, lagi-lagi Yuriko, Akiko dan Yuko menggodanya.
“Apa kau tahu pesta semalam?, aku pergi kesana tapi sayangnya putri kedua keluarga Honda sudah pulang begitu juga dengan Aoyama” pamer Yuriko.
“Jadi kamu tidak bertemu dengannya?, kabarnya semua foto yang diambil saat itu tidak boleh diterbitkan, putri kedua keluarga Honda tidak ingin dipublikasikan” tambah Akiko.
Yuko tersenyum, “Dia pasti cantik, katanya Aoyama saja sampai ikut pulang dengannya”.
Yuriko langsung memukul Yuko, “Adai saja kau gunakan sedikit otakmu, Aoyama tidak mungkin menyukainya”.
Kana menghela nafas, setidaknya rahasianya masih terjaga dengan baik, hingga badai kecil itu datang, Ibu menelpon Kana.
Lagi-lagi Kana harus berdandan kesalon dan masuk kedalam hotel keluarganya, tapi berbeda dengan pesta kemarin. Ayahnya yang bahkan belum pernah bertemu dengannya sejak setahun lalu, sekarang ada ditengah pesta begitu juga Ibu dan Seira.
Kana tidak percaya keluarganya bisa berkumpul seperti ini, Shin masuk kedalam ruang pesta bersama dengan keluarganya.
Kana mendekati ayahnya, “Papa!” sapa Kana.
Ayahnya menoleh kemudian tersenyum, memeluk dirinya “Setahun tidak bertemu kau sudah sebesar ini Kana”.
Ibu tersenyum manis kearahnya, suasana yang benar-benar tidak biasa.
Seira menarik Kana kedalam sebuah kamar yang bisa dibilang kamar ganti, Seira mendandaninya seperti peri, dengan gaun putih yang dilengkapi oleh bunga dan pita-pita yang indah.
Kana tersadar dari mimpinya, “Ada apa kak?” Tanya Kana menyelidik.
Seira tersenyum, “Kamu akan bertunangan” jawab Seira.
Seperti tersengat listrik Kana langsung terdiam “Tunangan?” Tanya Kana lagi.
Seira mengangguk, mengandengnya keluar ruang ganti dan menaruhnya ditengah pesta dimana acara sudah dimulai dan Kana berdiri diatas panggung bersama kedua orang tuanya.
Shin dan kedua orang tuanya naik keatas panggung.
Seira terkejut siapa yang menjadi tunangan Kana, karena kedua orangtuanya tidak pernah memberitahunya.
“Bersulang untuk pertunangan Tuan Muda Aoyama Shin dengan Nona Honda Kana” teriak pembawa acara yang diikuti sambutan meriah dari para undangan.
Shin mendekat kearah Kana, “Kau kaget?, begitu pula aku” bisik Shin.
Kana menatap mata Shin, dia masih tidak percaya dengan apa yang terjadi.
Kana seperti orang bingung jadi dia hanya mengikuti alur acara saja.
Shin mengeluarkan cincin berlian dan menyematkan pada jari manis Kana.
Dia menatap wajah Shin yang pura-pura tersenyum manis padanya, semua orang bersuka cita dengan pertunangan mereka.
Musik dimainkan dan pestapun dimulai, Shin dan Kana berdiri selanjutnya satu persatu undangan memberi selamat kepada mereka berdua.
“Tidak aku sangka berlian secantik ini akan dipasangkan dengan mahkotanya, kalian berdua pasangan yang cocok” puji beberapa tamu.
Tiga orang laki-laki memanggil Shin, “Aku ke mereka sebentar”.
Diluar ruang pesta Kana duduk lemas, ini sebabnya kenapa seluruh keluarganya berkumpul?.
Seira menghampiri Kana, “kau bertunangan dengan Shin”.
Kana menatap wajah kakaknya, “Kau tidak tahu?” Tanya Kana.
Seira menatap wajah adiknya, dia berkata dalam hati “Bila aku tahu aku tidak akan membantumu!”
“Kau bahkan belum menikah, tapi ayah dan ibu sudah menjodohkan aku” gumamku.
Seira menarik nafas, “Yah, mereka selalu memperhatikanmu” Seira pergi meninggalkan Kana.
Kana merasa ada yang aneh dengan kakaknya itu.
Shin mencari Kana, dia menemukan Kana duduk didekat air mancur ditaman.
“Sedang apa disini?, tamu-tamu mencarimu” Shin duduk disebelah Kana.
“Meratapi nasib, anak seperti kita benar-benar tidak memiliki kebebasan” Kana menatap langit malam.
“Mulai besok kamu akan tinggal dirumahku” kata Shin.
Kana menatap wajah Shin, “Tidak… aku akan tetap tinggal diapartemenku”.
Shin tersenyum, “Tidak bisa, ini sudah peraturan keluargaku”.
Kana menatap Shin dengan amarah, “Aku tidak mau”.
“Apa  yang akan kau lakukan? Berbicara seperti itu” Tanya Shin sinis.
“Aku akan membatalkan pertunangan ini”, Kana berdiri berjalan masuk kedalam ruang pesta dan berdiri dipodium.
Dia terdiam sejenak sebelum mengambil mic, “Tes…” ucapnya.
Suaranya menggema keseluruh ruangan pesta, “Mohon maaf para undangan, aku ingin menyampaikan sesuatu”.
Seluruh orang yang berada dipesta menatap kearahnya.
Seira maju melihat Shin yang berjalan cepat menghampiri Kana.
“Aku ingin…” belum selesai kata-kata Kana, Shin menciumnya.
Seluruh undangan langsung tersipu malu, “Anak muda jaman sekarang!” teriak beberapa undangan.
Shin menatap wajah merah merona Kana, dia menarik gadis itu keluar ruang pesta.
Berkali-kali Kana menepis tangan Shin tapi pegangan cowo itu terlalu kuat untuk dilawan, hingga meremasuk kedalam kamar  hotel VVIP milik Shin.
Kana hendak menampar wajah Shin, tapi Shin malah menangkap tangannya dan melemparnya keatas tempat tidur.
Shin menahan kedua tangan Kana, “Kau pikir aku ingin menciummu tadi?, aku hanya ingin menghentikanmu dari perbuatan bodoh” bentak Shin.
“Apa kau mau bertunangan denganku? Aku bukan boneka yang bisa di atur”.
Shin mencium bibir Kana, “Sekalipun sekarang aku tidur denganmu sekarang, keluargamu hanya diam saja karena sekarang kau adalah emas hidup yang bisa diberikan pada keluargaku” bisik Shin pedas.
Kana meneteskan airmatanya, “Lepaskan aku”.
“Tidak!!!”.
Kana menangis, “Aku hanya ingin memiliki keluarga yang normal. Dimana mereka selalu berkumpul dirumah, aku juga ingin hidup seperti teman-teman lainnya dimana keluarga adalah segalanya”.
Shin tertawa sambil melepaskan Kana, “Itu hanya kisah hidup orang biasa, kenapa mereka berkumpul seperti itu? Karena mereka tidak punya kesibukan seperti kita”.
Kana duduk diam, dia menatap wajah Shin.
“Cobalah hidup seperti orang kaya maka kau akan mengerti kenapa keluargamu meninggalkanmu”.
Shin berjalan keluar dari kamar meninggalkan Kana sendiri.

Diapartemen kecilnya, Kana menatap kearah langit malam.
Risa datang mengetuk pintunya, “Kana… apa aku boleh meminjam uang padamu?, iuran sekolahku menunggak hingga tiga bulan, kalau besok aku tidak membayarnya maka aku akan dikeluarkan dari sekolah”.
Kana tersenyum kemudian mengambil uang yang diarasa lebih dari cukup untuk membayar iuran sekolah Risa.
Risa tersenyum sambil menangis, “Terimakasih Kana, kalau aku sudah dapat uangnya langsung aku kembalikan”.
Aku mengangguk, walau Risa berkali-kali meminjam dan tidak pernah mengembalikan uang itu. Apa ini perbedaan yang dikatakan Shin?.
Ketika Kana hendak menutup pintu, Shin menghalanginya.
“Malam!” sapa Taka dibelakang Shin.
“Ada apa?” Tanya Kana bingung, melihat dua cowok itu.
Shin membuka pintu lebar-lebar kemudian masuk kedalam apartemen Kana, dia membawa tas besar dibantu oleh Taka.
“Apa ini?” Tanya Kana lagi.
“Mulai malam ini aku akan tinggal diapartemenmu” jawab Shin cuek sambil membuka tasnya.
“Apa?!!!” Jerit Kana.
Shin dan Taka membereskan barang yang mereka bawa.
“Aku ingin merasakan hidup sederhana seperti yang kau bilang” Shin meletakkan tasnya didekat tempat tidurku.
“Wow Shin, Cuma ada satu tempat tidur disini!” goda Taka.
Shin langsung mendorong sahabatnya itu keluar dari kamar.
“Terimakasih Taka, sampai jumpa besok!” usir Shin sambil menutup pintu.
“Ok ok… selamat menikmati malam ini!” teriak Taka sebelum Shin menutup pintu.
Shin menghadap kearah Kana, Kana masih terlihat bingung.
“Aku capek!” ucap Shin sambil merebahkan dirinya keatas tempat tidur.
“Kamar ini bahkan lebih kecil dari kamar mandiku, kenapa kau bisa tahan tinggal disini?”.
Kana mengambil selimut dan bantalnya, “Jika tidak suka pergilah”.
Kana menggelar selimut dilantai, kemudian dia berbaring.
Shin menatap punggung Kana, sejak kapan dia menyukai Kana?.
Gadis itu memang berbeda cara pikirnya dari semua gadis yang dia kenal.
Shin turun dari tempat tidur, mengangkat Kana yang sudah tertidur pulas keatas tempat tidur dan merekapun tidur bersama.

Sinar mentari menyilaukan mata Kana, tangan Shin melingkar dipinggangnya. Kana yang terkejut mendorong Shin, cowo itu bangun, mengucek-kucek matanya kemudian mengeluh.
“Ah, sudah pagi… jam berapa ini?”.
Kana bangun mengecek tubuhnya, tidak ada tanda-tanda mereka melakukan hubungan itu.
Shin tertawa melihat tingkah Kana, “Aku hanya mengangkatmu keatas tempat tidur”.
Kana mencibir lalu masuk kedalam kamar mandi.
Pagi itu Kana memasak untuk sarapan dia dan Shin, sementara Shin mandi.
Kana membuat onigiri, memasukkannya kedalam kotak bekal.
Shin baru keluar dari kamar mandi langsung mengambil onigiri buatan Kana, Shin tersenyum.
Menikah dengan Kana dia tidak takut kelaparan, “Ini enak”.
Kana menoleh kearah Shin kemudian tersenyum, “Benar?”.
Shin mengangguk, dia menyeret masakan yang telah Kana siapkan untuk sarapan.
Semua masakan buatan Kana terasa enak, Shin makan dengan lahap.
Kana tersenyum senang, tidak buruk juga Shin tinggal ditempatnya. Setidaknya dia bisa merasakan sarapan bersama dengan keluarga.
“Wait, keluarga?!”. Kana mengedip-kedipkan matanya sambil melihat Shin.
Shin menatap kearah Kana, mereka saling berpandangan.
“Aku sudah telat!” Kana langsung melepas celemek dan menyambar tasnya.
Kana berlari keluar dari apartemennya, kenapa jantungnya berdegup kencang.
Kana terus berjalan kearah sekolahnya.

Disekolah Kana tidak fokus dengan pelajaran, Kana hanya menatap kosong kearah papan tulis.
Begitu bel istirahat berbunyi, anak-anak perempuan menjerit-jerit melihat Shin yang datang kesekolah mereka.
Shin masuk begitu guru keluar dari kelas, beberapa siswi kelasku mengambil foto dirinya.
Yuko, Akiko dan Yuriko langsung berdiri dihadapan Shin.
“Aoyama ada perlu apa?” Tanya Yuriko genit.
Shin menerobos tiga gadis itu kemudian menaruh bekal diatas meja Kana.
“Tertinggal” kata Shin ramah.
Kana menatap kedua mata Shin, didalam mata itu Shin tidak menginginkan sesuatu yang lebih darinya.
“Apa kamu sudah makan siang?” Tanya Kana.
Shin menggeleng, Kana mengambil kotak bekal kemudian mengajak Shin menuju taman sekolah.
Seluruh siswi Seika Academy melihat dari jauh, Shin dan Kana yang makan berdua dibawah pohon akasia.
“Maaf merepotkan, sampai harus mengantar bekal ini” Kana memakan satu onigiri.
Shin tersenyum, “Tidak repot, aku malah senang bisa makan berdua denganmu”.
“Apa kamu membolos lagi?” Tanya Kana.
Shin menggeleng, “Tidak, ini jam istirahat sekolahku juga istirahat. Lagian sekolah kita berdampingan”.
Kana tertawa kecil, ada nasi yang menempel disudut bibir Kana.
Shin memberitahu kana dengan mengisyaratkan jarinya menempel disudut bibir.
Kana yang tidak tahu maksud Shin menjadi bingung.
Shin mencium sudut bibir Kana untuk mengambil nasi itu.
Kana yang kaget langsung menjauhkan sedikit badannya, ini bukan pertama kalinya dia dicium oleh Shin tetapi jantungnya masih saja berdegup kencang.
Terdengar suara riuh teriakan siswi satu sekolah, dan benar saja gara-gara kejadian itu Kana harus masuk ruang BP.
“Kamu adalah murid kebanggaan sekolah ini, kenapa kau malah melakukan hal seperti itu?!” tegur guru BP.
“Saya tidak tahu dia akan mencium” jawab Kana tegas.
Shin tersenyum mendengar jawaban Kana, “Jika sekolahmu tidak bisa menerima, pindah saja kesekolahku!”.
Kana merengut kemudian menendang kaki Shin, kepala sekolah dan guru lainnya kaget dengan sikap Kana.
“Dia itu Aoyama Shin pewaris Aoyama Group, kau lancang sekali” protes kepala sekolah memarahi Kana.
“Rupanya tidak ada yang tahu siapa kamu ya?” Tanya Shin pada Kana.
Kana masih merengut, dia tidak mau dikeluarkan dari sekolah.
“Kepala sekolah, aku sudah menelpon walinya. Karena orang tua Kana sibuk, maka kakaknya yang datang!” guru BP memberikan info.
Tidak lama Seira masuk kedalam ruangan, Seira terlihat panik dia langsung berlari kearah Kana.
“Kau baik-baik saja?” Seira memperhatikan adiknya.
“Seira Honda, benarkan?” Tanya Kepala sekolah.
Seira menoleh kearah kepala sekolah, “Ia, saya wali dari Kana”.
Kepala sekolah dan semua guru kaget mendengar perkataan Seira.
“Mereka berciuman dilingkungan sekolah” ucap Kepala Sekolah.
Seira melirik kearah Shin yang tampak cuek.
“Maafkan adik saya” ucap Seira.
“Adik?!” jerit semua guru yang berada diruangan.
“Tolong rahasiakan ini dari murid lainnya” Kana memohon pada kepala sekolah.
Mereka tidak percaya siswi yang hidup sendiri diapartemen sederhana dan membayar biaya sekolah dari beasiswa adalah seorang bangsawan dan pewaris perusahaan besar.
Kana tidak jadi dikeluarkan dari sekolah mengingat jumlah besarnya sumbangan untuk Seika Academy dari keluarga Honda.
Kana mengantar Seira sampai gerbang sekolah.“Thanks, kak!” ucap Kana.
Seira tersenyum yang kemudian memukul kepala Shin, “Jika ingin melakukannya jangan disekolah” omel Seira, Shin hanya nyegir.
“Coba kau lihat betapa manisnya dia, aku jadi ingin mencicipi” Shin terus menggoda Kana.
“Apa kamu tidak sekolah?” Tanya Seira marah.
Shin tertawa, “ini jam istirahat”.
Seira sangat tidak suka melihat Shin menggoda Kana.
“Aku tidak suka cowo yang membolos, kita masih bisa bertemu dirumah. Jadi jangan membolos” ucap Kana.
“Dirumah?” Tanya Seira bingung.
Kana menunjuk Shin, “Dia pindah keapartemenku semalam”.
Seira langsung memukul Shin dengan tasnya, “Kau… belum menikah sudah berani macam-macam!!!”.
Kana berjalan santai meninggalkan mereka berdua yang sibuk bertengkar.
Kana berjalan dilorong sekolahnya, mungkin saat ini semua murid satu sekolahnya sudah tahu siapa dia.
“Dia masuk…” teriak teman sekelasnya sambil berlari masuk kedalam kelas.
Kana menghela nafas, dia masuk kedalam kelas. Suasana menjadi sunyi, Kana duduk dimejanya, memandang keluar jendela melihat Seira dan Shin yang masih bertengkar.
Sekilas mereka terlihat begitu dekat, entah kenapa Kana merasa cemburu.
“Ano… ummm Kana” sapa Yuko memberanikan dirinya.
Kana menatap Yuko, cewek itu hilang keberanian dan langsung lari kearah dua orang temannya.
Yuriko mengibaskan rambutnya, “Aku tidak terima dia sudah dicium oleh Aoyama, memangnya siapa dia?!”.
Seluruh kelas langsung ramai menyindir Kana, Kana tersenyum tipis bagus kalau tidak ada yang mengenalinya.
Sepulang sekolah Kana dicegat oleh segerombolan anak-anak perempuan yang menamakan diri mereka the Flower Princess, mereka fans club Aoyama Shin.
Kana kaget baru sekarang dia tahu Shin punya fans club.
“Perkenalkan namaku Arisa dan aku ketua dari The Flower Princess, aku dengar Prince Shin sering ke Seika Academy untuk menemuimu!” ucap seorang cewek cantik.
Kana mengangguk, dengan cepat Arisa menarik rambut Kana. “Prince Shin, tidak ada yang boleh memilikinya!” ancam Arisa, dari seorang gadis yang cantik Arisa berubah menjadi seorang Yankee yang menyeramkan.
Kana menepis tangan Arisa dari rambutnya, “Bilang padanya kalau aku tidak boleh memilikinya!”.
Shin dan Taka berjalan kearah mereka.
“Arisa!” Tegur Shin yang rupanya kenal dengan Arisa.
Kana baru sadar kalau Arisa dan anggota clubnya memakai seragam sekolah yang sama dengan Shin.
“Shiiin…” Arisa langsung berubah seperti anak kucing dan berlari mendekati Shin.
“Sedang apa disini?” Tanya Shin menyelidik.
“Aku hanya ingin tahu cewek seperti apa  dia?” jawab Asami manja.
Kana mengurai rambutnya yang panjang, ikatannya jadi berantakan gara-gara dicambak Asami.
“Taka-kun…” panggil Kana manja pada Taka, mengikuti gaya Asami.
“Heh…?” Taka kaget karena Kana bersikap seperti itu.
“Ayo antar aku pulang, jika tidak aku bisa mati dicabik-cabik mereka” ucap Kana manja.
Taka menoleh pada sahabatnya, Shin juga sama seperti Taka dia shock melihat Kana bertingkah manja.
Kana menarik tangan Taka dan menjauhi  Shin yang masih bengong.

Ditoko kue milik Taka.
Kana mematikan ponselnya, “Jangan bilang Shin kita disini” ancam Kana.
Taka tersenyum sambil memberikan velvet cake dan rosemary tea untuk Kana.
“Kau benci dia ya?” Tanya Taka.
Kana menggeleng, “Aku tidak tahu, hanya saja seperti terbiasa melihatnya sekarang”.
“Berarti kau suka padanya” ucap Taka.
Kana menatap Taka, “Kau sudah lama berteman dengannya?” Tanya Kana.
“Kami teman dari TK” Taka tersenyum.
“Bisa kau ceritakan tentang dia?”, mata Kana seperti memohon.
Taka menceritakan bagaimana mereka bisa bersahabat sampai sekarang.
“Sudah jam Sembilan waktunya aku menutup toko” ucap Taka sambil tersenyum.
Kana keluar dari toko Taka, “Aku bisa naik bis sendiri, terimakasih Taka-kun”.
Kana berjalan pelan menuju halte bis, tepat ketika dia sampai bis datang.
Kana membuka pintu apartemennya, dia terkejut melihat Shin duduk di sofa.
“Kamu menungguku?” Tanya Kana acuh.
Shin masih diam, dan ketika Kana melewatinya.
Shin meraih lengan Kana, mendorong gadis itu keatas tempat tidur.
Kana terkejut tapi dia berusaha untuk tetap tenang.
Shin melihat kedalam mata Kana, gadis itu seperti menjerit ketakutan tapi mimik wajahnya diam tanpa arti.
“Aishiteru” ucap Shin yang kemudian mengecup bibir Kana.
Mata Kana membesar, dia tidak tahu Shin akan menciumnya lagi.
Kana memejamkan matanya, membalas ciuman Shin.
Tiba-tiba saja ketukan dipintu mengagetkan mereka berdua.
Kana buru-buru bangun dan berlari membuka pintu.
Seira datang dengan Taka, “Halooo…”.
Kana membuka pintu lebar-lebar membiarkan Seira dan Taka masuk kedalam apartemennya.
“Kecil sekali” protes Seira begitu masuk kedalam apartemen Kana.
“Ini seukuran kamar Michi” sambung Taka.
“Michi?” Tanya Kana penasaran, apa itu adik Taka?.
“Kucing ku” jawab Taka, yang membuat wajah Kana menjadi jengkel.
Shin beranjak dari tempat tidur dan langsung keluar dari apartemen Kana.
Seira menatap kosong punggung Shin.
“Kau mau kemana?” Tanya Taka sambil menyusul sahabatnya itu.
Dikamar Seira duduk bosan sambil mengganti-ganti channel tv.
Kana memasak makan malam untuk mereka berempat, tapi Shin dan Taka tidak juga kembali.
“Aku pulang saja, disini sempit” ucap Seira.
“Kakak…” panggil Kana.
Seira berbalik, “Hm?”.
Kana menatap lama kakaknya itu, kemudian menggeleng “Hati-hati dijalan”.
Seira tersenyum kemudian keluar dari apartemen Kana.
Seira menatap layar ponselnya, terlihat foto dia dan Shin sedang tersenyum satu sama lain.
Kana menunggu Shin dan Taka yang tidak juga datang, dia memasukkan makanan kedalam kulkas kemudian mematikan lampu.
Kana menarik selimut kemudian memejamkan matanya.
Hari yang melelahkan, banyak sekali kejadian yang aneh.

Sinar mentari menembus masuk kedalam kamar Kana, Shin menggeliat memeluk erat tubuhnya.
Lagi-lagi Kana berteriak kaget.
“Jangan berteriak, semalam aku pulang larut. Aku masih mengantuk!” keluh Shin.
Kana melihat tubuhnya, pakaiannya masih sama dengan semalam, dia menghembuskan nafas lega.
“Apa kau ingin melakukannya sampai meneliti pakaianmu” ucap Shin dengan mata terpejam.
Kana tidak menjawab dan langsung menuju kamar mandi.

Disekolah suasana masih saja sama. Dia bahkan mendapat lebih banyak musuh.
Kana menjawab pertanyaan dipapan dan langsung dipuji-puji oleh guru, mungkin hanya para guru yang tahu rahasia Kana.
Jam istirahat Shin tidak datang kesekolahnya.
Seluruh siswi bergossip, “Dia itu sampah, habis dipakai lalu dibuang” ucap Yuriko.
Kana hendak keluar kelas tiba-tiba saja seluruh temannya melempar tissue kotor kearahnya.
Kana menatap temannya satu persatu, kemudian keluar dari kelasnya.
Dikantin sekolah semua makanan sudah habis terjual, diperpustakaan juga sama terlihat begitu penuh dengan siswi Seika Academy.
Kana pergi kesekolah Shin, seluruh murid sekolah elit itu menatap kearahnya.
“Siswi Seika Academy” gumam mereka ketika melihat seragam merah muda Kana.
Taka dan Shin sedang asik bermain basket, bola yang mereka lempar langsung ditangkap oleh Kana.
“Kau menyebalkan!” ucap Kana sambil melempar keras bola basket kearah Shin.
Semua murid dan fans club Shin yang berada dipinggir lapangan kaget mendengar ucapan Kana.
Shin tersenyum, langsung menghampiri kekasihnya itu.
“Aku lapar” ucap Kana manja.
Taka tertawa geli melihat sikap Kana yang dibuat-buat tapi tetap terlihat manis.
“Ayo aku traktir” Shin menggandeng Kana kearah kantin sekolahnya.
Shin mengambil baki dan menaruh semua jenis makanan diatas baki untuk Kana.
Mereka duduk disudut kantin, walau begitu banyak siswa yang melihat mereka.
“Aku tidak bisa belajar, makan dan melakukan apapun dengan tenang” Kana memakan hamburger.
Shin menatap wajah Kana tanpa berkedip.
“Aku senang kau datang kesekolahku” ucap Shin.
“Karena makanan dikantin sudah habis” kilah Kana.
“Apa kau selalu mengotori bibirmu hingga aku harus menciummu?” Tanya Shin sambil menujuk mayonnaise yang ada diatas bibir tipis Kana.
Kana langsung mengambil tissue dan membersihkan mayonnaise.
“Shin…!” sapa seorang gadis cantik.
Shin menoleh kearah gadis itu.
“Apa kau bosan dengan kami?, kenapa berhubungan dengan siswi Seika Academy?” Tanya Yumi.
Yumi melirik kearah Kana.
Kana mendengus kesal, “Apa yang salah dengan sekolahku?” gumam Kana.
“Pergilah Yumi, aku sedang berkencan” usir Shin.
Kana meminum jus setelah menghabiskan hamburger, “Thanks makanannya”.
Shin memegang tangan Kana, mengajak kana ketengah-tengah Kantin yang penuh dengan siswa sekolahnya.
“Perkenalkan ini Honda Kana, tunanganku dan akan menjadi istriku” Teriak Shin.
“Jangan sekali-sekali kalian mengganggunya” Ancam Shin.
Kana menatap wajah Shin, “Ini sekolahku, jadi aku bisa melakukan apapun pada mereka” ucap Shin yang kemudian mengecup bibir Kana.
Semua siswa berteriak histeris ada yang mendukung ada juga yang patah hati.

Seika Academy, suasana menjadi hening. Mungkin berita sudah menyebar.
Kana bisa belajar dan melakukan semua aktivitas disekolahnya dengan santai.
Shin muncul digerbang sekolahnya dengan mengendarai mobil.
“Nama Honda Kana terlalu dasyat hingga membuat semua orang terdiam” Kana masuk kedalam mobil Shin.
Dari kejauhan tampak Yuko, Akiko dan Yuriko menatap mereka berdua.
“Serasiii…” gumam Yuko.
Nama Honda Kana mulai tersiar, banyak media yang datang untuk meliput Kana.
Dia harus meninggalkan apartemen kecilnya dan kembali kerumah besarnya.
“Tinggal saja dirumahku!” ajak Shin.
“Tidak, kita belum menikah” protes Kana.
Seira menatap pasangan kekasih didepannya, “Kana coba lihat kamarmu dulu, apa sudah dibersihkan” suruh Seira.
Kana mengangguk kemudian meninggalkan Seira dan Shin.
“Yang cepat, I will miss you” goda Shin.
Seira duduk disofa sambil membaca majalah fashion.
“Kau yakin akan menikahinya?” Tanya Seira.
Shin mengigit bibir atasnya, “Setelah dicampakkan akhirnya aku menemukan cinta baru, dan aku menyukai Kana”.
Seira berdiri disamping Shin, “Aku juga masih menyukaimu”.
“Oh ya?!, Robert, Michael, Thomas… bagaimana dengan mereka?” Tanya Shin dingin.
“Dengar kakak ipar, jangan menganggu adik iparmu yang lagi kasmaran ini” lanjut Shin.
Senyum Shin langsung merekah begitu Kana turun dari tangga, “Ayo lihat kamarku”.
Shin berlari kecil menaiki tangga sementara Seira terlihat kesal.
Dulu Seira dan Shin sempat berpacaran, Shin saat itu yang menyukai Seira terlebih dahulu tapi Seira demi menaikkan karirnya dia berselingkuh dengan beberapa pengusaha terkenal diamerika.
Dikamar Kana menyusun barangnya, “Aku tidak punya banyak barang”.
Tiba-tiba Shin memeluk Kana dari belakang, “Ayo menikah!” ajak Shin.
Kana berbalik memandang Shin.“Kau serius?, kita masih SMA” ucap Kana.
Shin tersenyum, “Apa hukum bisa mengalahkan uang?”.
“Tapi aku ingin menamatkan SMA dan berkuliah”.
“Kita bisa melakukannya, menikah tidak menghalangi semua!” bujuk Shin.

Musim dingin datang, salju-salju putih berjatuhan senyum merekah dari tiap bibir tamu undangan.
Makanan dihidangkan, beberapa orang malah sudah asik bercanda.
Suasana menjadi hening ketika Kana berjalan menuju pelaminan seperti malaikat, Shin menggandeng tangan Kana.
“Kana seperti malaikat” gumam Yuko.
Kali ini mereka kalah telak, Kana benar-benar putri seorang bangsawan.
Senyum merekah dibibir Kana, sesekali Shin menatap istrinya yang cantik.
“Aku mencintaimu” ucap Shin, Kana tersenyum manis.
Pesta dimulai seluruh orang besenang-senang, Kana duduk disalah satu kursi sambil memijat kakinya.
“Capek?” Tanya Shin.
Kana mengangguk, “Sepatunya terlalu tinggi”.
Shin tersenyum, “Permisi, kami akan berangkat berbulan madu sekarang dan kalian bisa menikmati pestanya”.
Ayah Shin langsung berdeham, “Dengar Nak, kalian masih SMA. Aku juga tidak terburu-buru ingin memiliki cucu”.
Kana tertawa mendengar gurauan Mr. Aoyama, Kana berjalan menghampiri mertuanya dan memeluk mereka.
Begitupula Ayah dan Ibu, Seira tersenyum tipis “Meski kau sudah menikah, jaga dia karena banyak wanita yang menginginkannya”.
Kana tersenyum sambil mengangguk.
Shin mengandeng Kana menuju mobil pengantin, semua orang tersenyum mengantar mereka.
Shin mengecup Kana berulang kali, “Hentikan perhatikan jalan”.
Shin serius menyetir hingga mereka sampai dibandara, bukannya masuk kearea parkir Shin malah melaju melalui jalur VVIP.
Pesawat Jet pribadi sudah menunggu mereka berdua.
Shin menggandeng tangan Kana, mengecup istrinya dan berjalan menuju pesawat.
“I love you Shin” ucap Kana, kata-kata yang ingin didengar Shin.
Tiba-tiba saja sekelompok orang turun dari mobil jeep dan memukul Kana juga Shin.
Kana jatuh pingsan, sementara Shin masih sadarkan diri.
“Kana…” teriak Shin, yang melihat Kana dimasukkan kedalam mobil Jeep. Shin berlari mengejar mobil yang membawa Kana. Semakin lama semakin menjauh Shin tergeletak pingsan sebelum polisi bandara tiba untuk menyelamatkannya.

Bersambung Love Me Kana- Aishiteru