08 Agustus 2019
Itu adalah hari terburuk, sangat buruk untuk Shin.
Bagaimana bisa hal itu terjadi, dan Kana…
Shin berjalan dilorong kantornya, delapan orang bodyguard
mengikutinya.
Cincin kawinnya masih melingkar manis dijari.
Beberapa artis bahkan model melirik berusaha mencari
perhatiannya, mereka tahu kabar istrinya yang hilang.
Media massa merubah tragedy itu menjadi gossip pelarian sang
istri, karena Kana tidak mencintainya.
Shin masih ingat benar dia dan Kana saling mencintai, bahkan
Kana sudah mengucapkan kata “I love you” yang bahkan Shin ingat sampai sekarang.
Shin masuk kedalam kantornya, dia dingin seperti es. Yuki
sekertarisnya langsung berdiri begitu melihatnya, dan duduk kembali begitu Shin
masuk kedalam kantornya.
Seira masuk kedalam ruangannya, “Apa kamu tidak ingin melihat
pemotretan untuk iklan?” Tanya Seira.
Shin menandatangani beberapa dokumen keuangan dan pemasaran, “Nanti
aku masih sibuk” jawab Shin.
Seira memandang tidak suka kearah foto Kana yang tersebar
diseluruh sudut kantor Shin.
“Apa kamu ga bisa melupakannya?” Tanya Seira, dia mengambil
foto prawedding Kana.
Shin melirik Seira, dia tidak ingin membicarakan masalah Kana
dengan Seira.
“Ini sudah hampir lima tahun, Orangtuaku bahkan sudah menyerah
untuk mencarinya” Seira meletakkan foto Kana.
Shin melihat cincin yang melingkar dijari manisnya, untuk
meyematkan cincin dijarinya tidaklah mudah dan bukan sembarang gadis yang bisa
mendekatinya.
Kana adalah gadis yang special, dia sangat mencintai Kana.
“Kai, siapkan pesawat besok. Aku ada janji dengan Tuan Lee”
Shin menelpon asistantnya.
Seira berbalik kearahnya, “Kau akan pergi? Kemana?” Tanya
Seira.
Shin menutup dokumennya kemudian berdiri dan meninggalkan
ruangannya.
Tinggal Seira berdiri seorang diri, dia menutup foto
prawedding Kana yang sedang tersenyum bahagia.
Musim dingin di korea, semua orang sibuk berlalu lalang. Lampu
merah menghentikan mobil Shin.
Dari dalam mobil Shin
menatap salju yang turun, sekilas dia seperti melihat Kana diantara orang-orang
yang berlalu -lalang.
Shin keluar dari mobilnya, berlari kearah tempat dia melihat
Kana.
“Tuan!” teriak Kai sambil mengejar Shin.
“Kita hanya mencarinya dijepang, aku ingin kau mencarinya
diseoul, aku seperti melihatnya tadi” Perintah Shin pada Kai.
Shin kembali kedalam mobilnya.
Kai terdiam, dia mengerti benar betapa panic dan putus asanya
Shin. Setiap melihat wanita dengan siluet seperti Kana tuannya itu akan
langsung bergerak seperti anjing yang mencari majikannya.
Dikedai yang tidak jauh dari tempat Shin.
“Hana…!!!” teriak Yoona teman satu kantornya.
Mereka biasa janjian berangkat ke kantor bersama.
“Aku bisa mati membeku menunggumu diluar” keluh Hana, dia
sudah menunggu hampir satu jam.
“Sorry… sorry… aku tadi ketinggalan bis” Yoona mengatupkan
kedua tangannya dihadapan Hana.
“Hari ini ada tamu istimewa dihotel” kata Yoona penuh
semangat.
“Oh ya?!” Hana meneguk coffe mint nya.
“Dia investor utama hotel kita, orang jepang dan katanya dia
sangat tampan” Yoona tersenyum sambil membayangkan si tuan investor.
“Ayo berangkat sudah jam 8” Hana berjalan duluan, Yoona
berlari kecil menyusulnya..
Yoona mengeluh, “Apa Cinderella itu ada?” Tanya Yoona.
“Sudah berhenti membayangkan yang tidak mungkin” jawab Hana.
“Apa mungkin nasib kita bisa seperti Cinderella?” Yoona masih
berkhayal.
“Apa enaknya jadi cindrella?, dia hanya bangsawan yang turun
kasta menjadi seorang pelayan, lalu hanya berpesta semalam kemudian kembali
keasalnya” Hana berjalan cepat menuju hotel tempat dia bekerja.
Langkah Hana terhenti ketika deretan mobil limousine berhenti didepan
lobby hotel.
Beberapa selebriti seperti Tiffany, Seoyeon, Crystal, dan
lainnya turun dari mobil super mahal itu.
“Benar-benar tamu istimewa, sampai artis sekelas mereka ikut
dalam pesta” gumam Yoona.
“Pesta?” Tanya Hana tidak mengerti.
“Oh ya tuhan… ayo lari, malam ini ada pesta penyambutan si
tuan investor” Yoona menarik tangan Hana kearah ruang ganti pegawai.
“Kenapa ga bilang dari tadi?!” protes Hana yang ikut berlari
menuju ruang ganti pegawai.
Musik klasik dimainkan, beberapa orang ternama saling bersenda gurau.
Shin menatap keseluruh penjuru ruang pesta dari lantai dua
tempatnya dan Tuan Lee berada.
“Artis korea itu sekarang sedang naik daun” Tuan Lee menunjuk
kearah Suzy yang terlihat cantik dengan balutan gaun bewarna merah.
Shin tersenyum, “Wanita dikorea memang cantik, andai aku belum
menikah aku sudah memilih salah satu dai mereka” ucap Shin yang membuat Tuan
Lee kaget.
“Maaf, Tuan Shin terlihat seperti masih single” Tuan Lee
tertawa kecil.
Shin memperlihatkan cincin yang dipakainya, “Ini cincin
pernikahanku”.
Sementara diruang pelayan Hana disuruh menyajikan makanan yang
sudah habis.
Hana mendorong kereta yang berisi aneka canapé dan kue-kue,
dia menukar piring yang kosong dengan piring yang penuh terisi.
Matanya tertuju pada sosok dilantai dua, punggung pria itu
terlihat begitu menarik.
“Hana…!!!” panggil Yoona berbisik.
Hana menoleh kearah Yoona yang memberi isyarat mereka harus
kembali kedapur.
Shin menoleh kearah orang yang dari tadi memperhatikannya,
seorang pelayan hotel dia merasa begitu familiar dengan gesture pelayan itu.
Didapur hotel Hana membantu assistant koki menaruh makanan
diatas meja, “Thanks Hana” ucap Taku.
Hana membawa makanan kedalam ruang pesta.
“Hana, berikan wine ini kelantai dua” bisik supervisornya.
Dengan hati-hati Hana membawa botol wine yang harganya 100x
lipat dari gajinya kelantai dua.
Sesampai dilantai dua dia menyerahkan wine kepada Eujung,
pelayan VIP dilantai dua.
“Supervisor bilang kalau ada yang kurang kau tinggal menelpon
dapur saja” bisikku pada Eujung.
Eujung mengangguk, dia meletakkan wine di meja Shin dan Mr.
Lee..
Kai memperhatikan dua pelayan hotel, dia terus memperhatikan
Hana, tapi dia juga tidak ingat siapa tetapi pelayan itu sangat familiar dimatanya.
Pesta berakhir meriah, Hana menaruh piring-piring kotor
didapur.
“Hana, tolong bersihkan kamar president suite. Dua jam lagi
Mr. Aoyama akan tidur disana” suruh supervisor.
“Saya?” Tanya Hana.
“Semua orang sibuk membereskan pesta, ajak Yoona bersamamu dua
jam lagi dia akan kekamarnya” jawab supervisor.
Aku dan Yoona berlari menuju lift sambil membawa kereta
cleaning.
Kami membersihkan tiap sudut ruangan dan sela-sela ruangan.
Aku menunduk untuk membersihkan kolong tempat tidur.
“Cincin dikalungmu pemberian siapa?” Tanya Yoona saat
menyadari liontin Hana.
“Kakak ku bilang ini hadiah terakhir dari ayah dan ibu sebelum
mereka meninggal saat kecelakaan”.
Yoona mengangguk-angguk,”cincin yang terlihat mahal”.
Hana tersenyum, “Kenang-kenangan jadi sangat mahal”. mereka
kembali melanjutkan membersihkan ruangan.
Hana menggunakan maskernya ketika membersihkan tempat tidur
dan karpet.
Tiba-tiba saja Shin masuk kedalam kamar bersama Kai.
Hana dan Yoona langsung panik, Hana memasukkan semua peralatan
kebersihan kedalam kereta tanpa dia sadari kalungnya terjatuh diatas tempat
tidur.
Yoona member salam pada Shin dan Kai yang kemudian langsung
pergi disusul Hana sambil mendorong kereta.
Shin menatap kearah Hana, aroma gadis itu seperti dia kenal.
“Tunggu!” teriak Shin menghentikan Hana.
Hana langsung berhenti, apa dia membuat kesalahan?. Terlihat didepan
tamu hotel memang kesalahan, tapi belum dua jam dia sudah masuk ke kamarnya.
“Aku tidak suka bila kamarku dimasuki sembarang orang” ucap
Shin, “Jadi aku ingin kamu yang membersihkan kamar ku” Shin menatap mata Hana.
Jantungnya berdegup kencang, dia seperti mengenal pelayan
didepannya, mata itu sangat familiar.
“Akan saya bicarakan dengan supervisor, permisi!” Hana berlari
menyusul Yoona.
Shin melihat punggung Hana yang semakin menjauh.
“Suara itu…” gumam Shin.
“Aku akan mencari tahu siapa dia” ucap Kai.
Shin mengangguk yang kemudian masuk kedalam kamarnya.
Malam itu Shin sama sekali tidak bisa memejamkan matanya,
beberapa kali dia melihat bayangan Kana.
Dia duduk diatas sofa, “Dimana kau Kana?” gumam Shin sambil
meneguk segelas wine.
Teringat jelas saat Kana dimasukkan kedalam mobil.
Apa maksud orang-orang itu membawa Kana?, jika menginginkan
uang kenapa mereka tidak meminta tebusan. Shin berfikir hal yang terburuk
menimpa Kana.
“Aku mohon jangan buat aku kecewa, kau harus hidup sampai aku
menemukanmu!”.
Shin berjalan ketempat tidurnya, dia melihat kalung dengan
cincin yang tergantung diatas tempat tidurnya.
Jantungnya seakan berhenti berdetak, tangan Shin bergetar saat
mengambil cincin pernikahannya. Tidak mungkin itu cincin yang sama, karena
cincin pernikahannya dia yang mendesain sendiri jadi hanya ada sepasang
didunia.
Shin melihat bagian dalam cincin, dia melihat ukiran inisial
namanya.
“Ka…kana…!!!” Shin berlari keluar kamarnya, tepat saat Kai
datang bersama delapan orang bodyguardnya.
“Anda belum tidur tuan?, saya sudah menemukan identitas
pelayan tadi” Tanya Kai, dia memberikan data karyawan.
Walau sedikit berubah wajah Kana masih sama dimata Shin, hanya
rambutnya yang semakin panjang. Dia semakin cantik, wajah ini bukan wajah orang
korea.
“Panggil…panggil pelayan ini… panggil dia sekarang!” teriak
Shin kalut, dia tidak bisa menahan emosinya.
Kai langsung menyuruh empat bodyguardnya untuk memanggil Hana.
Dihalte bus Hana merapatkan mantelnya, dia tidak habis pikir
dia dipecat gara-gara terlihat oleh tamu VIP dan buruknya lagi tamu itu hanya
ingin Hana yang membersihkan ruangannya.
Hana menghembuskan nafasnya, dia harus mencari kerja lagi.
Hana tidak ingin merepotkan kakaknya yang bekerja keras dijepang, setelah
kecelakaan empat tahun lalu Hana benar-benar tidak ingat apapun. Dia hanya
punya kakaknya sekarang, Hana ingin sekali pergi ke makam ayah dan ibunya
dijepang.
Bus berhenti didepannya, Hana naik kedalam bus dengan lemas.
Dia harus mencari kerja seperti apa lagi.
Tiba-tiba saja handphonenya berbunyi, Yoona menelponnya.
“Hana cepat kembali kehotel… cepat!!!” teriak Yoona histeris.
“Aku sudah dipecat, ada apa?”.
“Supervisor terkena teguran, kalau kau tidak kembali dia yang
akan dipecat!” Yoona langsung mematikan telponnya.
Hana berlari kearah pintu keluar, pintu bis belum tertutup dia
melompat kemudian berlari menuju hotel.
Sesampainya di hotel dia masuk kedalam ruang karyawan, disana
terlihat sangat ramai.
Hana berjalan kearah pusat keramaian, dia melihat kedalam
ruang supervisor.
Tampak si tuan Investor sedang duduk disofa sedangkan
supervisor dan Yoona serta beberapa orang lainnya berdiri mengelilinginya.
Yoona melihat Hana, dia langsung berlari keluar ruangan “Hana…
Hana!!!” teriak Yoona sambil menariknya
dari tengah-tengah keramaian kedalam ruangan.
Shin menatap Hana tanpa berkedip, seorang bodyguard langsung
menutup pintu ruangan.
“Kai…” panggil Shin.
Kai langsung mendekati Hana, memeriksa pundak Hana. Bila
memang Hana adalah Kana, dipundak Kana terdapat tanda lahir berbentuk hati.
Kai kaget dan langsung memanggil Shin. “Tuan!!!”.
Shin berdiri berjalan cepat melihat tanda dipundak Hana.
“Lepas… kalian sedang apa?” Tanya Hana sambil mengancing
bajunya bahkan sampai kerah baju.
Shin menatap Hana, sepertinya Hana tidak mengenalnya.
“Kalung ini milikmu?” Tanya Shin.
Hana mengangguk, “Pemberian orangtuaku sebelum mereka
meninggal”.
Shin memejamkan matanya, “Siapa namamu?” Tanya Shin.
“Hana…” jawab Hana cepat.
Kai berbisik kepada Shin, “Tuan, ayo kita kekamar dulu. Disini
banyak orang!”.
Shin tahu sedikit saja berita maka kehadiran Kana akan
diketahui seluruh dunia, dia ingin tahu mengapa orang yang dulu mencintainya
sekarang bisa lupa padanya. Jika dibilang amnesia, gejalanya sudah terlalu
lama.
“Bawa dia”, Shin berjalan didepan sedang Hana ditarik paksa
oleh dua bodyguard Shin.
“Aku bisa jalan sendiri” protes Hana.
Didalam lift Shin terus memandang wajah mungil Hana, wajah
yang dia rindukan selama hampir lima tahun ini.
Hana terlihat ketakutan, apa menjatuhkan cincin adalah
tindakan criminal?.
Didalam kamar Shin hanya ada mereka bertiga, Shin, Kai dan
Hana.
“Ceritakan tentang dirimu” Shin menyuruh Hana.
“Namaku Hana, hanya Hana… ingatanku hilang empat tahun lalu
semenjak kecelakaan mobil yang menimpa keluargaku, ayah dan ibuku meninggal
ditempat sedangkan kakak ku berada dijepang. Aku tidak ingat apa-apa lagi, jadi
maafkan aku!” Hana melihat kearah Shin.
Shin memperlihatkan cincinnya.
“cincin itu… kata kakak pemberian ayah dan ibu sebelum mereka
meninggal” Hana menunduk sedih.
“Kana…” panggil Shin, “Oh..bukan Hana” ralat Shin.
Hana menatap mata Shin, “Kamu bisa berbahasa jepang?” Tanya
Shin dalam bahasa jepang.
“Ya” jawab Hana.
“Apa kamu sudah memeriksakan diri ke dokter lagi?, apa kau
tidak ingin ingat masa lalumu?” Tanya Shin sabar, dia tahu Hana adalah Kana.
“Memang ada apa?, terakhir kali aku periksa dengan kakak itu
sudah tiga tahun lalu. Aku tidak punya uang untuk bolak-balik periksa” jawab
Hana.
“Siapa kakakmu?” Tanya Shin penasaran.
“Seira, dia bekerja sebagai buruh konveksi dijepang” jawab
Hana yang membuat Shin tersentak kaget.
Kai langsung berjalan menuju pintu keluar, “Tunggu Kai, jangan
gegabah, aku ingin tahu alasan dia melakukan hal ini bahkan pada adiknya
sendiri”, Shin mencegah Kai.
Kai langsung menurut dia berdiri disamping Shin lagi.
“Hana…” Shin meletakkan
dua cincin ditelapak tangan Hana.
Hana kaget kenapa cincin ini bisa menjadi sepasang, dia
menatap kearah Shin.
“Cincin yang satunya milikku” Shin menatap wajah Hana.
Hana menatap Shin, tidak lama Shin membuka handphonenya dan
menujukan foto prawedding mereka bahkan sampai foto saat mereka mengucapkan
ikrar pernikahan.
“Kau dan aku suami istri, kita sudah menikah empat tahun lalu”
kata Shin.
“Jangan bercanda!” Hana berdiri, dia tidak percaya dengan apa
yang dilihatnya.
Tiba-tiba kepalanya terasa begitu sakit, hingga rasanya dia
akan pingsan.
“Kana!!!” Shin panik, dia langsung menangkap tubuh Kana.“Panggil
dokter” Shin menyuruh Kai.
Kai langsung menelpon dokter sementara Shin membawa Kana
kekamarnya dan membaringkannya.
Sepuluh menit kemudian dokter datang, dia langsung memeriksa
keadaan Hana.
“Mendengar riwayat sakitnya, bawa dia kerumah sakit. Aku akan
melakukan CT scan, baru aku bisa mengetahui apa penyakitnya” kata Dokter.
Shin mengangguk setuju, dia menatap wajah Kana yang masih
pingsan.
Dirumah sakit, Kana menjalani sejumlah pemeriksaan.
Dokter mengatakan gumpalan darah diotak Kana sedikit demi
sedikit sembuh, seharusnya Kana sudah bisa mengingat semua hal.
“Mungkin factor psikologisnya, dia mengalami suatu trauma
sehingga tidak ingin mengigatnya kembali” jelas dokter.
“Apa dia bisa sembuh?” Tanya Shin.
Dokter mengangguk, “Masih bisa, memang membutuhkan waktu yang
lama tapi dengan terapi dia akan ingat semuanya”.
Hana membuka matanya, hidungnya mencium bau obat. Dia tahu dia
berada dirumah sakit, tapi kamar ini lebih mewah dari apartemen kecilnya.
Hana bangun, dia melihat kesekeliling ruangan tidak ada satu
orangpun didalam kamar. Hana turun dari tempat tidur, meyeret tiang infuse dan
masuk kedalam kamar mandi.
Baru saja dia menutup pintu kamar mandi.
“Kana…!!!” teriak seseorang.
“Kana?, apa dia salah kamar?” gumam Hana, dia meyalakan flush
kemudian keluar dari kamar mandi.
Shin menatapnya, kemudian memeluknya.
“Jangan pergi lagi, jangan menghilang lagi” bentak Shin, yang
membuat Hana kaget.
Dia ingat sekarang, semalam dia pingsan dikamar Shin.
“Nama ku Hana, kenapa kamu terus memanggilku Kana?”.
Kai berjalan keluar ruangan, sementara Shin menggandeng Hana
ketempat tidur.
“Aku tahu kau merasa semua ini tidak masuk akal, tapi apa yang
kamu ingat saat ini semua adalah kebohongan” ucap Shin tenang, dia tidak ingin
Kana jatuh pingsan lagi.
“Bagaimana aku bisa percaya kata-katamu?” Tanya Hana.
Shin membuka I-pad nya, dia menujukkan data diri Hana yang
sebenarnya.
“Namamu Honda Kana, pewaris dari Honda Group yang memiliki kekayaan
nomor dua dijepang. Ayah dan Ibu mu masih hidup, mereka sekarang tinggal di
amerika sedangkan kakak mu Seira, dia menjalankan bisnis garmen dan butiknya di
jepang dan perancis. Seira seorang desainer terkenal” Shin menjelaskan semuanya
sambil memperlihatkan bukti-bukti yang sudah Kai kumpulkan.
“Lalu, kenapa aku disini? Kenapa mereka tidak mencariku?”
Tanya Hana.
Shin menggeleng, “Aku tidak tahu kenapa kamu bisa sampai
disini, tapi salah bila kedua orangtuamu tidak mencarimu”.
“Lalu kakak, kenapa dia berbohong kepadaku?” Tanya Hana, dia
berusaha mengambil handphonenya untuk menelpon Seira.
Shin merebut handphone Hana, “Aku tidak tahu, itu yang akan
aku cari tahu. Kau diculik saat kita akan berangkat berbulan madu, tapi media
membalikkan fakta kalau kau pergi karena tidak mencintaiku”.
“Kembalikan handphone ku aku akan menelpon Kakak!” Hana
berusaha merebut handphonenya.
“Tidak Kana, sampai aku tahu maksud dibalik ini semua kau
tidak boleh bertemu dengan keluargamu terutama menghubungi Seira. Apa kau tidak
ingin tahu kebenarannya?”.
Hana menelan ludahnya, “Aku benar-benar tidak ingat apapun”.
Hana memegang kepalanya.
Shin mengecup kening Hana, “Jangan dipaksakan, kau pasti akan
mengingatnya perlahan. Aku sudah menjadwalkan terapi untukmu”.
Hana kaget, kenapa Shin jadi sedekat ini?. Apa benar mereka
sudah menikah?.
“Ini seperti cerita Cinderella” gumam Hana.
Shin tersenyum, “Tidak, karena kau bukanlah Cinderella. Kau
adalah seorang putri bangsawan sejati”.
“Cinderella juga seorang bangsawan, tapi dia bernasib buruk
sama sepertiku” Hana menatap Shin.
Entah mengapa jantungnya berdebar kencang.
“Tapi apa Cinderella menikahi seorang pangeran sebelum dia
bernasib buruk?” Tanya Shin.
Hana cemberut, dia tidak ingat apapun tentang Shin ataupun
keluarganya. Ini sungguh membuatnya tertekan.
“Tidurlah, besok kita pulang kerumah” Shin menepuk pelan
kepala Hana.
Hana menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya, mungkin
karena pengaruh obat dia jadi mengantuk.
Shin mendengar dengkuran lembut Hana, dia yakin Hana sudah
tertidur pulas.
Shin keluar menemui Kai, “Tolong selidiki Seira, beritahu
secara tidak langsung kalau aku sedang perjalanan bisnis ke korea. Aku ingin
tahu bagaimana reaksinya”.
Kai mengangguk mengerti, dia langsung menjalankan scenario
drama.
Shin masuk kembali kedalam kamar, selimut Hana terbuka. Dia
bisa menatap wajah lembutnya, Shin membelai pipi lembut Hana.
“Terimakasih, kau masih hidup Kana” Shin menangis, air matanya
menetes dipipi Hana.
Hana terbangun dia menatap kearah Shin, airmata mengalir
dipipinya. “Tidak apa-apa, aku disini, jangan menangis” Hana mengusap airmata dipipi
Shin.
Tangan Shin menyentuh tangannya, “Aku bisa gila jika tidak
menemukanmu” Shin menutup matanya, dia tidak ingin terlihat cengeng dihadapan Kana.
Hana tersenyum, “Aku baik-baik saja, lihatkan!”. Ucapnya berusaha
menenangkan Shin, walau dalam hatinya Hana juga frustasi karena tidak bisa
mengingat siapa dirinya.
Shin menatap Hana, kemudian dia mengecup bibir Hana.
Hana menjauh dari Shin, “Aku tidak ingat apapun” ucap Hana
untuk menghilangkan rasa malunya.
Shin tertawa kecil sambil memeluk Hana.
Hana adalah Kana, Kana yang empat tahun lalu menghilang,
menderita amnesia akut sehingga dia tidak ingin siapa dirinya sejak empat tahun
lalu.
Dijepang Seira tidak sengaja mendengar sekertaris Shin
menelpon Hotel tempat Kana bekerja.
“Kenapa kau memesan kamar hotel?” Tanya Seira penasaran.
“Direktur besok akan menginap disana, dia sedang ada
perjalanan bisnis ke Korea” Jawab Yuuki.
Seira langsung mengambil handphonenya untuk menelpon Kana,
tapi mailbox.
Seira berjalan menjauh dari Yuuki dia masuk kedalam
ruangannya.
Yuuki menatap tajam kearah Seira, “Aku sudah memberitahunya”
lapor Yuuki pada Kai lewat telepon.
Rupanya Yuuki hanya berpura-pura menelpon hotel padahal dia
sedang bertelpon dengan Kai.
“Hana, ini kakak… bisa kau mengajukan cuti selama seminggu?
Ayo kita rekreasi bersama!” ucap Seira pada pesan mailbox Hana.
Kenapa adiknya itu tidak mengangkat telponnya?, Seira melempar
ponselnya dengan kesal.
“Shin… kenapa kau kesana?, aku tidak bisa membiarkan kau
bertemu dengan Kana” gumam Seira.
Shin tidur memeluk Kana, dia tidak ingin melepaskan gadis itu
sedetikpun. Hana memandang wajah Shin, dia tidak asing hanya saja Hana tidak
bisa mengingat apapun.
“Jangan dipaksa, aku tidak ingin kau jatuh sakit” gumam Shin
seperti tahu isi hati Kana.
“Kau belum tidur?” Tanya Hana.
“Aku sudah lama tidak bisa tidur, jika kau memelukku mungkin
aku akan tertidur lelap” jawab Shin.
Hana tersenyum, dia memeluk Shin. “Apa aku dulu mencintaimu?”.
“Sangat… kau sangat mencintaiku” bisik Shin yang tidak lama
tertidur. Hana ikut memejamkan matanya.
Musim dingin, salju turun semakin lebat bahkan balkon kamar
Hana menjadi gunungan es.
Hana berdiri didalam kamarnya, sudah tiga hari dia tinggal
dirumah Shin.
Tidak ada kegiatan apapun yang bisa dia kerjakan, bahkan
ketika dia hendak memegang sapu seorang pelayan sudah merebutnya.
Hana merasa bosan, sampai saat bel rumah berbunyi.
“Hanaaa!!!” teriak Yoona mengagetkannya.
Hana berlari memeluk sahabatnya itu, “Yoona aku kangen”.
“Aku tidak percaya kau menghianatiku” ucap Yoona sambil
mencibir.
Tidak lama kemudian Shin masuk bersama Kai.
“Aku pulang” ucap Shin sambil mengecup bibir Hana, kemudian
Shin menoleh kearah Yoona.
“Ajak sahabatmu ini makan malam, aku akan ke ruang kerja” Shin
tersenyum pada Yoona kemudian menepuk-tepuk kepala Hana.
“Apa tidak ada gossip?’ Tanya Hana.
Yoona menggeleng, “Dia… maksudku suamimu itu bisa membeli
semua mulut penggosip”.
Hana tersenyum, “Baguslah”.
Yoona meneguk orange juicenya, “Aku percaya Cinderella itu
ada, tapi jangan kau lari dan lepas sepatu kacamu ya?, dia sdah lelah
mencarimu”.
Hana tertawa kecil, “Dia mengatakan kalau aku bukan
Cinderella, tapi nemo… karena dia susah mencariku”.
Yoona tertawa terbahak, ketika pelayan memberitahu waktu untuk
makan malam.
Hana dan Yoona pergi keruang makan, Shin dan Kai sudah
menunggu tetapi mereka masih sibuk membicarakan masalah pekerjaan.
“Shin… bisa kau teruskan nanti, ini meja makan” kata Hana
tegas.
Shin tersenyum lembut, “Baiklah kita lanjutkan nanti Kai, tapi
aku masih menunggu tamu untuk makan malam”.
Hana bingung, “Tamu?”.
Shin mengangguk, “Orang yang sangat dekat denganku, sebelum
aku bersamamu”.
Hana berusaha mengingat, tapi dia tidak ingat apapun.
“Seorang wanita pasti” bisik Yoona memanasi Hana.
Hana meminum air mineral, tiba-tiba saja seseorang menutup
matanya.
“Siapa aku?” ucap seorang pria.
“Ehem… kau berani menyentuhnya?!” ancam Shin.
Taka mengangkat tangannya, “Jangan jahat begitu, aku juga
kangen padanya. Ingat dia menggemaskan sewaktu mengajakku nge date”.
Hana melihat kearah Taka, dia juga tidak mengingat Taka.
Shin yang mengerti ekspresi wajah Hana langsung menyuruh Taka
duduk.
“Sayang!” panggil Shin.
Hana menoleh kearah Shin, “Iya aku tahu” gumam Hana lirih.
“Jadi benar Kana tidak mengingat kejadian empat tahun lalu?”
bisik Taka pada Shin.
Shin mengangguk.
Suasana dirumah jadi ramai, Hana dan Yoona jadi banyak tertawa
sampai saat tidak sengaja Yoona menumpahkan orange juice kebaju Hana.
Hana terdiam dia seperti melihat kejadian dimana dia tidak
sengaja menumpahkan kopi kepada Shin.
Shin mendekat kearah Hana.
“Aku ingat, aku pernah menumpahkan kopi kebajumu” Hana menoleh
kearah Shin.
Shin tersenyum sambil mengangguk, “Itu awal kita bertemu”.
Hana tertawa senang begitu pula Yoona dan Taka.
“Terapinya sedikit berhasil” gumam Shin , dia tersenyum lembut
kearah Kana.
Diruang kerja Shin melihat Hana mengobrol dengan Yoona.
“Apa kau yakin Seira pelakunya?” Tanya Taka.
Shin memejamkan matanya, “Aku belum tahu, selama bukti belum
ada ditangan aku tidak bisa memastikannya”.
Taka teringat ketika Seira mengajaknya kerumah Kana dengan
alasan kangen pada adiknya itu.
“Em… Shin aku tidak tahu ini benar apa tidak, aku sempat
mendengar gossip kalau Seira itu anak angkat keluarga Honda. Tapi gossip ini
aku dengar saat kau berpacaran dengannya dulu”.
Shin langsung terpikirkan sesuatu, “Kai…” panggilnya. “Telpon
Yuuki bilang padanya aku akan tinggal lama dikorea” Shin merencanakan sesuatu.
Malam itu tepat dihotel Shin menghadiri pesta ulang tahun
rumah mode dan produksinya.
Semua artis korea dan jepang hadir di pesta meriah itu,
termasuk Seira yang daritadi mencari Shin.
Dia juga tidak bisa menghubungi Kana, dan parahnya lagi Kana
telah dipecat dari hotel. Dia juga tidak bisa mencari Kana diapartemen,
pengurus gedung bilang Kana sudah lama pindah.
Pesta topeng dimeriahkan oleh beberapa penampilan dari artis
internasional sepert Taylor Swift dan Lady Gaga, dua artis fenomenal itu jelas
mencuri perhatian para tamu undangan.
Terlebih saat Taylor Swift menyanyikan lagu romance
countrynya, saat itu Shin yang memakai tuksedo merah marun datang menggandeng
Hana yang memakai topeng sehingga tidak ada satu orangpun yang tahu siapa
dibalik topeng itu.
Shin langsung membawa Hana kelantai dua diruangan VVIP, disana
ada beberapa artis dari manajemen lain.
“Shiiin” sambut Ji Young dan Young Bae, mereka adalah rekanan
bisnis sewaktu Bigbang mengadakan Tour Concert di jepang.
“Apa kabar?” Tanya Shin sambil memeluk Ji Young dan Young Bae
bergantian.
Dua cowok itu menoleh kearah Hana, “Dan dia?” Tanya Ji Young
penasaran. Dia tidak pernah melihat Shin menggandeng seorang wanita selama ini.
“Istriku” jawab Shin sambil memeluk pinggang Hana.
Kedua cowok itu langsung bersiul, “Dia tidak pernah membawamu
kepesta manapun, sehingga banyak wanita mengira suamimu ini masih single!” ucap
Youngbae pada Hana.
Hana tersenyum, “Itu karena aku tidak suka publikasi” jawab
Hana.
Shin memeluk Hana, “Banyak cowo tampan disini, aku harap kau
tidak lupa padaku”.
Hana menoleh kearah Shin kemudian tersenyum, “Tidak akan”.
Pesta semakin meriah saat acara dansa dimulai.
Seira melihat Shin menggandeng seorang wanita, memang banyak
wanita yang ingin menjadi pendamping Shin. Tapi dia tidak menyangka kalau Shin
akan menggandeng wanita lain.
Seira menaiki anak tangga berusaha pergi keruang VVIP, tetapi
bodyguard Shin menghalanginya.
“Katakan pada Shin kakak iparnya ingin bertemu!” ucap Seira.
“Maaf tapi direktur berpesan dia tidak ingin diganggu oleh
siapapun” sahut bodyguard.
Seira tidak kehabisan akal, dia mencoba menelpon Shin. Dia
melihat Shin mengeluarkan handphonenya, Seira tersenyum senang tapi senyumnya
sirna ketika Shin mereject telponnya dan memasukkan kembali handphonenya
kedalam saku tuksedo.
Shin asik mengobrol dengan beberapa tamu dan dia tetap memeluk
pinggang wanita itu, Seira tidak pernah melihat Shin seperti itu. Tidak tahan
melihat Shin dekat dengan wanita lain Seira pergi dari pesta topeng, dia lebih
baik mencari Kana sekarang.
Kai melaporkan kejadian itu pada Shin, Shin tersenyum “Dia
pasti akan mencari Kana”.
Kai mengangguk, “Anda benar tuan, dia sudah bertanya kepada
pihak hotel”.
“Bagus, tinggal tunggu waktunya saja” Shin menoleh pada Hana
yang digoda oleh beberapa pria.
Shin berjalan kearah Hana, “Kau memang wangi, aku tinggal
sebentar saja sudah banyak kumbang yang mendekatimu”.
“Aku bilang pada mereka aku sudah menikah, tetapi mereka hanya
menertawakan aku” Hana manyun.
Shin menarik tangan Hana ketengah ruang pesta.
Langkah Hana tiba-tiba terhenti, “Apa kita pernah mengalami
ini?” Tanya Hana pada Shin.
Dia seperti melihat sebuah memori kejadian yang hampir sama.
Shin mengangguk, “Saat kita bertunangan”.
Sesampai ditengah ruang pesta Shin berdansa dengan Hana.
Beberapa wanita mengajak Shin berdansa tapi Shin menolak, dia
tidak ingin siapapun kecuali istrinya.
“Aku ingin mengumumkan sesuatu, seperti yang kalian tahu bahwa
aku sudah menikah dan untuk pertama kalinya akan kuperkenalkan istriku” ucap
Shin ditengah pesta.
Semua orang langsung mendekat untuk mendengar berita penting
itu, terlebih artis-artis mereka ingin tahu seperti apa istri pria yang mereka
idolakan.
“Namanya Honda Kana, kami menikah saat SMA. Banyak rumor yang
mengatakan dia tidak mencintaiku, tapi sebaliknya Kana adalah seorang yang
sangat mencintaiku. Aku harap rumor yang tidak benar selama hampir lima tahun
ini akan berakhir sekarang” kata Shin sambil memandang wajah Kana yang
menggunakan topeng.
Shin mengecup bibir Kana, seketika ruang pesta menjadi riuh
oleh tepukan tangan dan ciutan kegembiraan.
Berita perkenalan istri Shin mulai tersebar diberbagai media
massa dan online, Seira membanting majalah yang membahas pernikahan Shin.
“Bagaimana dia bisa memperkenalkan wanita itu sebagai Kana?,
aku tidak percaya Shin sampai segila ini” Seira mengacak acak rambutnya.
Dia yang pertamakali bertemu Shin, walau mereka berbeda dua
tahun tapi Seira sangat mencintai Shin. Dia sempat gonta-ganti pacar tapi
sampai sekarang hanya Shin yang dia cintai, hingga saat dimana Shin bertemu
dengan adik angkatnya Kana.
Shin dengan cepat melupakannya dan bertunangan dengan adiknya,
orangtua angkat Seira tidak pernah menganggapnya seperti anak setelah kehadiran
Kana diusianya lima tahun.
Malam itu hujan deras mengguyur gudang tua saat preman
suruhannya membawa tubuh Kana kehadapannya dia ingin sekali membunuh Kana.
Tapi gadis itu membuka matanya, “Kak.. sakit!” rintih Kana
sambil meringkuk.
Seira tercekat, dia tidak tahu Kana masih hidup.
“Kakak, syukurlah kakak menolongku” gumam Kana, darah terus
bercucuran dari kepalanya.
“Menolong?!. Aku ingin kau mati sekarang” teriak Seira tidak
dapat menahan emosinya lagi.
“Kau yang selalu disayang ayah ibu, apapun yang kau lakukan
mereka selalu membelamu. Dan kau juga yang mengambil orang yang aku cintai”
Seira menendang tubuh Kana.
Kana tersungkur, kali ini perutnya terasa seperti akan pecah.
Kana menangis, “Aku hanya ingin hidup seperti gadis normal
lainnya, aku tidak tahu kakak membenciku, aku juga tidak tahu kakak mencintai
Shin. Ijinkan aku hidup, aku akan hidup sebagai gadis normal”.
Kana pingsan karena kehabisan darah , sebelum dia pingsan Kana
mengatakan, “Aku menyanyangimu kak!”.
Seira tercekat, dia tidak percaya dia hampir membunuh Kana.
Satu-satunya orang yang tulus sayang padanya, walau dia membenci Kana adik
angkatnya itu tetap saja baik padanya.
Orangtua Kana menghubungi Shin, mereka membaca artike yang
menyebutkan Shin sudah menemukan Kana.
“Ibu… jangan menangis, aku masih belum menemukannya. Itu hanya
untuk menghindari rumor” Shin berbohong pada Ny. Honda.
Seira yang mendengar langsung menggebrak meja kerja Shin.
“Bagaimana bisa kau berbohong?” Tanya Seira marah.
Shin menutup telponnya, “Untuk menghilangkan rumor” jawab Shin
santai.
“Bagaimana bila Kana membaca artikel itu?” Tanya Seira lagi.
“Dia akan kembali padaku bila tahu ini semua” jawab Shin.
“Kana tidak mungkin kembali padamu dia tidak ing…” hampir saja
Seira keceplosan.
Shin menatap penasaran, “Kenapa dia tidak ingin kembali
padaku?” Tanya Shin mengintimidasi.
Seira gugup, dia mengambil tasnya “Aku tidak ingin orang lain
berbohong tentang adikku”.
“Kalau kau sendiri apa boleh berbohong?” Tanya Shin lagi.
Seira terkejut, dia menarik nafasnya “Aku tidak akan pernah
berbohong!” teriak Seira. Seira keluar dari ruangan Shin.
Disudut ruangan Hana mendengar pertengkaran Seira dengan Shin.
Seketika gambaran kabur ketika Seira ada dihadapannya.
“Sakit…” gumam Kana, dia memegang kepalanya yang bercucuran
darah.
“Pukul dia!” teriak seorang.
Kana membuka matanya, “Kakak Sakit!” ucapnya ketika melihat
Seira.
“Ka…kana!!!” Seira terkejut.
“Kakak, Sukurlah kakak datang menolongku” gumam Kana sambil
menahan rasa sakit.
“Menolong?. Aku ingin membunuhmu” teriak Seira yang membuat
Kana terkejut.
“Kau yang selalu disayang ayah ibu, apapun yang kau lakukan
mereka selalu membelamu. Dan kau juga yang mengambil orang yang aku cintai”
Seira menendang tubuh Kana.
Kana menggeram kesakitan, dia begitu menyanyangi Seira “Aku
hanya ingin hidup seperti gadis normal lainnya, aku tidak tahu kakak
membenciku, aku juga tidak tahu kakak mencintai Shin. Ijinkan aku hidup, aku
akan hidup sebagai gadis normal”.
Kana menjerit ketika ingat semua kejadian itu, lebih baik dia
tidak mengingatnya.
Shin panic, dian dan Kai langsung berlari keruang istirahat
yang tersembunyi dibalik lemari buku kantor Shin.
“Kana… kana!!!” teriak Shin.
Kana menangis kemudian jatuh pingsan.
Dikamar Shin panic kenapa Kana tidak juga sadar, “Kai telpon
dokter!!!”.
Shin pergi mengambil selimut, begitu dia kembali Kana tidak
ada ditempat tidur.
Kana berlari pergi dari rumah Shin, dia mencegat taksi menuju
keapartemennya.
Yoona menelponnya, “Kau suruh aku pesan tiket kemana?” Tanya
Yoona kesal.
“Indonesia, aku mohon bantu aku Yoona” jawab Hana cepat.
“Kenapa jauh sekali, apa kau akan berlibur? Dengan siapa?
Bersama Shin?” Tanya Yoona.
Kana menggeleng, “Aku…sudah ingat semuanya, aku ingat alasan
kenapa aku melupakan Shin dan keluargaku. Aku mohon bantu aku kali ini”.
Yoona mendesah, “Okay, penerbangan jam 7 malam nanti paling
cepat. Aku kirim tiket ke emailmu, jadi kau tinggal pergi kebandara saja”.
Yoona menutup telponnya, Kai sudah berada didepannya.
“Jam tujuh nanti dia akan kebandara, dia bilang dia sudah
ingat semuanya. Aku tidak tahu yang aku lakukan ini baik atau buruk untuk
sahabatku” Yoona menunduk.
“Nona Kana, dia punya alasan kenapa harus melupakan semuanya.
Dan kita harus membantunya menghadapi kenyataan” ucap Kai.
Yoona mengangguk mengerti.
Dibandara Kana menujukkan tiket, dia memasukkan barangnya
kebagasi pesawat.
“Pesawat akan terbang jam 8.30 malam gate 3, silahkan duduk
diruang tunggu” ucap petugas.
Kana menarik kopernya, dia memejamkan mata berusaha melupakan
semua kenangannya bersama Shin.
Yoona menelponnya, “Hana… jangan lupa kembali kesini lagi
yha!”.
“Pasti, setelah keadaan normal aku akan bertemu denganmu lagi”
ucap Hana.
Pengumuman pesawat yang dia tumpangi akan segera berangkat,
tiba-tiba seseorang membiusnya dari belakang.
Kana terbangun oleh sinar matahari yang menerpa wajahnya,
kepalanya terasa pusing.
Seira berdiri dihadapannya, “Hidup sebagai gadis normal?
Jangan bercanda!” ucap Seira sambil menyiram air es kearah Kana.
“Kak…!” ucap Kana.
“Aku bukan kakakmu, kau ingin merebut Shin lagi dariku.
Hentikan aktingmu sebagai Hana!” teriak Seira.
Kana menggigil kedinginan, “Aku akan pergi, aku tidak
merebutnya. Walau aku mencintainya aku tidak akan merebutnya, takdirlah yang
mempertemukan kami kedua kalinya”.
“Jangan bercanda!!!” Seira menampar pipi Kana.
“Hampir lima tahun dia mencarimu, aku menyembunyikanmu dikorea
tapi kenapa kau muncul lagi dihadapannya?” ucap Seira.
Kana hanya bisa merasakan darah didalam mulutnya, “Aku tidak
tahu kenapa kau seperti ini kak!, uang dan popularitas semua kau miliki. Kenapa
kau iri denganku?”.
Ketika Seira hendak memukul Kana dengan tongkat besi, “Kamu
merebut semua yang aku inginkan, Aku membencimu!!!” tiba-tiba saja Shin
memegang tongkat itu.
“Hentikan Seira!” teriak Shin keras.
Seira yang kaget langsung bergerak mundur, “Bagaimana bisa?”.
“Aku memasang GPS pada handphone Kana, selama ini kami sudah
tahu kau pelakunya. Hanya saja aku belum memiliki bukti, dan sekarang kau tidak
bisa lolos lagi” Shin merebut tongkat besi dari tangan Seira.
“Seira…” panggil Ny. Honda tidak percaya.
“Kami membesarkanmu seperti putri kami sendiri, walau kamu
adalah anak dari musuh kami!” ucap Tuan Honda tidak percaya.
“Hentikan ayah!” ucap Seira.
“Bagaimana kami bisa diam, bila putri kami kau sakiti seperti
ini?” teriak Tuan Honda kecewa.
“Takeda adalah orang yang ingin membunuh istriku sewaktu
sedang hamil Kana, dan kami memenjarakan dia dengan syarat kami mengasuhmu.
Pikirkan betapa sakit hatinya kami saat itu?!” Tuan Honda melepaskan semua
emosinya.
“Sekarang lebih baik kau bersama ayahmu” teriak Ny. Honda
sambil menangis.
Seira terduduk, “Kana..kana…kana… semua orang hanya menyebut
nama Kana, bahkan desain pakaianku yang laris hanya buatan Kana, kenapa harus
ada kau Kana?”.
Kana menatap iba kearah Seira, “Kakak!!!”.
Shin melepas ikatan ditangan Kana, dia memeluk pinggang Kana.
Kana berjalan kearah Seira, “Kau iri padaku?”.
Seira menatap tajam kearah Kana, “Shin dulu adalah pacarku,
kau merebutnya!” desis Seira.
Kai datang bersama polisi, dengan cepat mereka menangkap
Seira.
“Biar kami yang mengurus ini Kana, bagaimanapun dia juga anak
angkat kami?” ucap Ayah.
Kana mengangguk mengerti, walau sekecewa apapun, Ayah tidak
mungkin bertindak kasar pada Seira.
Malam itu, Kana memandang laut dari dalam kamarnya.
Bunga mawar bertebaran diseluruh ruangan, Shin memeluk Kana
dari belakang.
Shin sengaja menciptakan suasa romantic.
“Honda Kana, siapa suamimu?” Tanya Shin.
“Aoyama Shin” Jawab Kana.
“Siapa orang yang kamu cintai?” goda Shin.
“Aoyama Shin” ucap Kana sambil tersenyum pada Pria yang dia
cintai.
“Terimakasih” bisik Shin, “Terimakasih untuk tetap hidup”.
Kana tersenyum, “Terimakasih telah mencariku dan terimakasih
telah setia padaku”.
“Empat tahun aku menahannya, hanya kamu yang berhak atas
diriku” Shin membalik tubuh Kana.
Dia menggendong Kana dan membawanya keatas tempat tidur yang
dipenuhi kelopak mawar.
“I Love You Shin” ucap Kana, Shin tersenyum.
Itu adalah kata-kata yang paling dia rindukan.
Tamat-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar