Januari 2014
Kana menggebrak meja, dia menatap nanar kearah tiga cewek
yang dari tadi menganggunya.
“Apa masalah kalian denganku?” Dengan nada kesal Kana
memelototi Yuriko, Akiko, dan Yuko.
Ketiga cewek itu malah tertawa melihat kekesalan Kana.
Kana adalah murid beasiswa di Seika Academy, sekolah elit
khusus perempuan, dimana hampir separuh murid perempuan orang-orang kaya di
Jepang belajar disini.
“Masalah kami… kamu adalah murid beasiswa, dan kamu belajar
disini dengan uang orangtua kami” Yuriko mengibaskan rambutnya.
“Benar..benar… Kana adalah murid beasiswa, tandanya Kana
adalah orang pintar!” Sambung Yuko sambil tersenyum.
Kana tertawa geli mendengar jawaban Yuko, dia sebenarnya
cewek yang baik tapi karena dia bersama dengan Yuriko dan Akiko dia menjadi
cukup meyebalkan.
“Yuko… lebih baik kau diam saja” Bisik Akiko, sambil melirik
kearah Yuriko yang terlihat sebal.
Kana menggelengkan kepalanya melihat tiga cewek didepannya
berdebat, dia memasukkan buku kedalam tas kemudian pergi meninggalkan tiga
cewek yang masih juga berdebat.
Musim panas, baju seragam bewarna putih bersih, berkerah
sailor bewarna merah muda.
Karena seragam ini dia masuk kedalam Seika Academy.
Kana sebenarnya bukanlah anak orang tidak mampu, hanya saja
dia tidak ingin terlihat berlebihan.
Kana memilih hidup terpisah dengan keluarganya, bukannya dia
diusir tapi dia tidak nyaman dengan kehidupan mewah yang selalu diajarkan
Ibunya.
Orang tua Kana memiliki sebuah perusahaan automotif terbesar
di Jepang, belakangan ini ayahnya juga memulai usaha minyak bumi dan Ibunya
adalah seorang anggota dewan pemerintahan serta seorang pengusaha dalam bidang
makanan tersukses.
Sedangkan kakaknya, Seira adalah seorang desainer terkenal.
Keluarganya adalah orang-orang hebat, tetapi apa fungsinya keluarga bila dia
tidak pernah merasakan kehangatan didalam rumah.
Rumah yang sangat besar berisikan beberapa pegawai tanpa
pernah ada tuan rumahnya kecuali dia.
Kana membeli cheesecake, dia teringat anak tetangga
apartemennya berulangtahun.
“Umurnya berapa?” Tanya
pelayan toko yang sangat tampan.
Kana tersenyum , “Enam”.
Sang pelayan menancapkan lilin yang berbentuk angka enam.
“Terimakasih” ucap Kana sambil mengambil kotak kue.
Angin berhembus dingin, Kana membeli segelas kopi di toko
pinggir jalan.
Ini kehidupan yang dia sukai, dia bisa berjalan-jalan
membeli makanan dan minuman dipinggir jalan yang rasanya tidak kalah dengan
makanan di hotel dan restoran berbintang.
BRUUUKKK!!!
Tanpa sengaja kopi Kana tumpah mengenai baju Cowok yang
menabraknya.
“Hey!!!” Bentak cowok itu marah.
Tersentak kaget Kana menatap kemeja putih yang sekarang
bernoda coklat.
“Maaf, tapi kau tadi yang menabrakku!” kilah Kana.
Cowok itu merebut kopi dari tangan Kana kemudian
membantingnya, “Kau yang buat bajuku kotor tapi kau malah marah?”.
“Aku hanya beritahu bahwa bukan sepenuhnya salahku bila
bajumu kotor!” ucap Kana tidak kalah keras.
Semua orang dijalan melihat kearah mereka, orang-orang berbisik-bisik.
“Shin…” Tegur Cowok yang ada ditoko kue tadi.
Shin menatap kearah sahabatnya Taka, kemudian kembali
melotot kearah Kana.
“Masuk cafeku dulu, jangan bertengkar diluar” seru Taku.
“Tidak perlu” Bentak Shin.
Kana mendengus kesal dia mengeluarkan uang yang pantas untuk
ongkos laundry, “Tidak perlu, ini uang laundry”.
Shin menatap uang yang dimasukkan Kana kedalam saku
kemejanya.
“Kau bercanda?” Bentak Shin semakin marah.
Kana mengangkat bahunya, “Kenapa marah?, aku sudah
bertanggung jawab. Sekarang aku permisi”.
Kana menyebrangi jalan, pergi meninggalkan Shin yang merasa
harga dirinya sangat amat terluka.
Aoyama Shin, putra tunggal dari Aoyama Group yang bergerak
dibidang pertambangan, bank, distributor, retail, hotel dan masih banyak
lainnya nomor satu dijepang diberi uang laundry sebesar 5.000 Yen.
Taku tertawa keras disampingnya, dia tidak menyangka
temannya itu akan dipermalukan didepan umum.
Shigure Takuyama, anak kedua dari pemilik rumah sakit dan
ayahnya juga berkecimpung didunia politik dan merupakan politikus ternama. Dia
membuka Toko Kue, Taka mempunyai keahlian membuat kue.
Apartemen Sakura, sebuah apartemen sederhana tempat tinggal
Kana.
Kana mengetuk pintu apartemen keluarga Nishida.
“Kana?...” Sambut Risa sambil menggendong si kecil Ai.
Kana menujukkan kotak kue yang dibawanya, “Mana Ran?”.
“Didalam bersama ayahnya” jawab Risa.
Kana masuk kedalam melihat Tuan Nishida menghias ruang
keluarganya dengan pita-pita berwarna merah muda.
“Raaaa…nnn, aku bawa kue” ucap Kana sambil tersenyum.
Ran yang dari tadi merengut langsung tersenyum melihat kotak
kue yang dibawa Kana.
Setelah mempersiapkan semua Risa dan Tuan Nishida menyalakan
lilin ulang tahun Ran.
Menyanyikan lagu uang tahun untuk Ran, gadis kecil itu
terlihat begitu senang.
Risa tersenyum kepada Kana “Terimakasih”, ucapnya.
“Jangan begitu, Ran sudah aku anggap sebagai adikku sendiri”
bisik Kana.
Diapartemennya, Kana terus teringat senyum keluarga Nishida.
Tuan Nishida kehilangan istrinya dua tahun lalu setelah
melahirkan Ai.
Risa adalah anak pertama, dan dia seumuran Kana, mereka bersahabat sejak Kana pidah keapartemen
sakura.
Keluarga yang hangat, walau tanpa kehadiran sosok ibu.
Angin berhembus sepoi-sepoi, mata Kana terasa mengantuk.
Bell istirahat berdering, disambut teriakan teman-teman satu
kelasnya.
Kana berjalan keluar dari kelasnya, dia malas bertengkar
dengan Yuriko, Akiko dan Yuko.
Tiba-tiba saja suasana koridor menjadi ramai.
Semua siswi mengarahkan posel tercanggih mereka untuk
mengambil foto orang yang berjalan sepanjang
lorong kelas.
Shin berjalan dengan angkuhnya memeriksa tiap kelas, hingga
pandangan mata mereka bertemu.
“Kau!!!” teriak Shin sambil menujuk Kana.
Kana menghela nafasnya, dia laki-laki yang menabraknya tadi
malam.
Shin berjalan menghampirinya dengan Taka, Taka melambaikan
tangan dengan ramah kearahnya.
“Hai” sapa Taka tersenyum manis, Kana membalasnya dengan
senyuman singkat.
“Aku sudah memberimu uang laundry, apalagi sekarang?” Tanya
Kana.
Shin tersenyum sinis. “Uang?” Shin mengeluarkan segepok uang
100.000 yen kemudian memasukkan ke saku Kana.
Kana mengedip-kedipkan mata, mengeluarkan uang segepok yang
dimasukkan Shin kedalam sakunya.
“Siapa namamu?” Tanya Shin.
Kana masih menatap uang ditangannya.
“Hey…baru melihat
uang segitu saja kamu sudah membisu” ucap Shin mengejek.
Kana memejamkan matanya, berusaha menahan emosinya.
Taka menatap kearah Kana yang terlihat marah, dia tersenyum
kemudian berkata pada dirinya sendiri “Ini semakin menarik”.
“Terimakasih uangnya” Kana tersenyum, dia berjalan melewati
Shin dan Taka menuju ruang guru.
Shin dan Taku heran melihat sikap Kana, dengan gampangnya
gadis itu menerima uang.
Shin berjalan mengikuti Kana sambil mengomel, “Ya tentu kau
harus berterimakasih”.
Kana memasukkan uang tersebut ke kotak amal yang terletak
disebelah ruang guru.
Shin langsung terdiam melihat sikap Kana, terperangah
melihat segepok uang 100.000 berada didalam kotak amal.
Taka tertawa terbahak-bahak melihat sahabatnya itu mematung.
“Terimakasih, kau sudah membantu orang yang tidak mampu”
Kana tersenyum manis yang kemudian pergi meninggalkan kedua cowok yang terpaku
melihat senyuman Kana.
Shin teriak marah, sementara Taka sambil tertawa berusaha
menenangkan sahabatnya.
Diapartemennya Kana membaca majalah bisnis yang dikirimkan
ayahnya.
Disana tercatat beberapa profil anak-anak orang terkaya,
Seira pun masuk kedalam daftar.
Kana memperhatikan dua sosok laki-laki yang familiar
dimatanya.
Handphonenya berdering, “Hallo” jawab Kana.
“Besok datang ke hotel jam 5 sore” suruh ibunya yang langsung
menutup telpon.
Kana mendesah, pasti karena majalah ini. Kana melempar
majalah kelantai.
Seperti biasa sebelum bertemu dengan anggota keluarganya dia
harus mampir kesalon dan butik terkenal, menyulap penampilan dari gadis polos
menjadi gadis high class.
Kana memasuki hotel bintang lima, dia berjalan sambil
memperhatikan ponselnya. Seira dari tadi mengirim pesan.
Brukkk!!!
Tidak sengaja Kana menabrak tubuh seorang laki-laki,
“Maaf!!!” ucap Kana.
Shin mendenguskan nafasnya dengan kesal.
“Kau..kau…kau lagi!” bentak Shin marah.
Seluruh staff hotel dan pengunjung melihat kearah mereka
berdua.
Shin melihat penampilan Kana yang seperti putri bangsawan
dari ujung rambut hingga ujung kaki.
“Sedang apa kau disini?” Tanya Shin curiga.
Kana sedang tidak ingin berdebat.
“Apa kau ingin menjual diri?” Tanya Shin lagi.
Kana dengan cuek berjalan meninggalkan Shin yang sibuk berargumen sendiri.
Shin berjalan mengikuti Kana.
Seira melambaikan tangan pada adik semata wayangnya.
“Kana!” teriak Seira senang.
Shin berjalan dibelakang Kana, dia terkejut melihat Seira
memeluk Kana begitu akrab.
Seira melirik kearah Shin.“Shin?” Tanya Seira kaget.
Shin tersenyum kikuk didepan Seira.
“Kau kenal Shin?” Tanya Seira pada Kana.
Kana menggeleng, “Tidak… aku tidak kenal dengannya”.
“Shin… dia Kana adikku” Seira tersenyum manis.
Shin langsung menelan ludahnya, “Adik?”.
Kana tersenyum tipis “A..d..i..k” tegas Kana pada Shin.
“Sepertinya kalian sudah saling kenal” Seira tersenyum
kemudian menggandeng adiknya keruang pesta.
Shin masih berjalan dibelakang mereka, dia memandang Seira
terus menerus.
Kana terlihat tidak nyaman dengan suasana pesta, terlebih
ketika Seira pergi meninggalkannya.
Shin melihat Kana yang hanya diam dan memakan beberapa
kudapan.
“Kau datang?!” tegur Ibu Shin.
Shin tersenyum kearah ibunya, “Ibu yang menyuruhku datang”.
Wanita itu tersenyum sambil memeluk anak semata wayangnya.
“Ah… Nyonya Ai” ibunya menegur seorang wanita yang
seumurannya.
Shin pergi meninggalkan ibunya.
“Nyonya Aoyama, apa kabar?” Mrs. Ai menyapa dengan hangat.
Shin mencari Kana, tapi dia tidak melihatnya didalam ruang
pesta.
Siera berdiri diatas panggung.
“Selamat malam dan salam bahagia untuk semua yang sudah
datang kepesta ini, saya sebagai wakil dari beberapa anak orang ternama didalam
majalah Times Asia mengucapkan terimakasih atas terselenggaranya acara ini”
Seira tersenyum kepada para hadirin di pesta.
Di ujung ruangan Kana berusaha menyembunyikan diri, dia
melihat Seira yang tampak begitu mempesona diatas panggung.
“Dan kali ini saya juga ingin memperkenalkan adik saya yang
terus mensupport saya hingga saya menjadi seorang yang berhasil seperti
sekarang…”. Seira mencari-cari Kana.
Shin berhasil menemukan Kana, dia berjalan mendekati gadis
itu.
“Aku sedang tidak mood untuk berdebat” Kana meletakkan gelas
diatas meja.
Shin tertawa kecil, “Kamu pikir aku kesini untuk berdebat
denganmu? GR sekali” Shin mengambil minuman diatas meja.
Saat Kana hendak keluar dari ruang pesta tidak sengaja Shin
menumpahkan cocktail pada baju Kana.
“Apa ini?” Tanya Kana sewot.
Shin tersenyum, “Aku tidak sengaja, kau yang menabrakku”.
Kana mendenguskan nafasnya Shin membalas perkataannya dulu, Kana
menahan amarah dan kesal.
Shin meraih lengan Kana, “Apa perlu uang laundry?”.
Tiba-tiba lampu sorot, menerangi mereka berdua.
“Dia Adikku Kana!” seru Seira dari atas panggung sambil
menujuk kearah Kana.
Tapi semua terdiam ketika melihat Kana bersama Shin, Shin
menggenggam erat lengan Kana.
Shin langsung melepaskan lengan Kana.
“Shin… apa kau jatuh cinta pada Adikku?” canda Seira dari
atas panggung untuk memecah suasana, yang disambut gelak tawa semua orang
dipesta.
“Kemari Kana, atau kamu digoda olehnya” Seira tertawa kecil.
Shin hanya diam malu, dia melihat Kana berjalan menuju
kearah panggung.
“Perkenalkan Kana adikku putri kedua pewaris dari keluarga
Honda, Kana selalu mensupportku untuk membuat desain-desain trend terbaru”.
Semua wartawan mengambil foto Kana, gadis itu terlihat
sangat tidak terbiasa dengan acara seperti ini.
Kana tersenyum tipis kesemua undangan pesta dan wartawan,
dia berjalan mendekati Seira.
“Shin menumpahkan cocktail digaunku, aku pulang dulu” bisik
Kana pada Seira sambil memperlihatkan noda merah digaunnya.
“Tapi acara baru saja dimulai” protes Seira.
“Lagi pula besok aku ada ujian” Kana membuat alasan lagi.
Kakaknya itu tersenyum mengangguk, Kana berjalan keluar
ruang pesta.
Shin mengikuti Kana, sepertinya sekarang dia memiliki
kebiasaan mengikuti Kana.
Kana langsung berbalik menghadap Shin, “Rahasiakan ini!”
kata Kana.
Shin yang kaget karena Kana tiba-tiba berbalik menatapnya
dengan pandangan tajam.
“Aku menyembunyikan identitasku, jadi aku harap kamu tidak
cerita sama yang lain” Suruh Kana.
Shin menarik sudut bibirnya, baru kali ini dia bertemu
dengan anak bangsawan yang menutup identitas dirinya.
“Baiklah” Shin menyetujui keinginan Kana.
Kana menghela nafas lega, dia berbalik tapi Shin menangkap
lengannya kembali.
“Apa?” Tanya Kana.
“Aku antar pulang, tidak mungkin kamu naik kendaraan umum
dengan pakaian seperti ini”.
“Tidak apa-apa, toh tidak ada yang kenal” kata Kana cuek.
Shin memaksa Kana, menariknya masuk kedalam mobil. “Selalu
saja membantah” kata Shin sebal.
“Apa kau merasa bersalah telah menyiramku dengan cocktail?”.
Shin menyalakan mesin mobil, “Anggap saja begitu”.
Shin mengajak Kana ke toko baju untuk mengganti gaunnya yang
tersiram cocktail, kemudian mereka berdua makan malam bersama direstoran cepat
saji.
“Kenapa merahasiakan identitasmu?” Tanya Shin.
Kana memakan burgernya, “Orang akan kelihatan sifat asli
mereka bila mereka tidak tahu siapa aku, kamu sendiri pasti pernah merasa
dimana banyak orang yang berusaha menjilat dan cari perhatianmu”.
Shin mengangguk-angguk, “Tapi kamu harus sadar pada
kenyataan bahwa kita adalah pewaris tahta perusahaan”.
Kana meniup coca-colanya hingga buih-buih soda naik keatas
permukaan, “Aku tahu”.
“Aku hanya ingin menyadarkanmu, tidak mudah orangtua kita
menjadi seperti sekarang” Shin menggigit burger miliknya.
“Aku hanya ingin hidup sederhana sementara ini” Kana menatap
mata Shin.
Dimalam itu Kana terngiang-ngiang kata-kata dari Shin.
Dia tidak bisa tidur, Kana menatap atap kamarnya. Dikala dia
bisa tidur nyaman kenapa dia pindah ketempat seperti ini?.
Kana membuka jendela kamarnya, bukan kemewahan seperti itu,
dia ingin kasih sayang dari keluarganya. Dimana ibunya memasak untuknya, ayah
bercanda dengannya dan Seira bisa mengobrol akrab dengannya.
Keesokan harinya Kana masuk kedalam kelasnya, lagi-lagi
Yuriko, Akiko dan Yuko menggodanya.
“Apa kau tahu pesta semalam?, aku pergi kesana tapi
sayangnya putri kedua keluarga Honda sudah pulang begitu juga dengan Aoyama”
pamer Yuriko.
“Jadi kamu tidak bertemu dengannya?, kabarnya semua foto
yang diambil saat itu tidak boleh diterbitkan, putri kedua keluarga Honda tidak
ingin dipublikasikan” tambah Akiko.
Yuko tersenyum, “Dia pasti cantik, katanya Aoyama saja
sampai ikut pulang dengannya”.
Yuriko langsung memukul Yuko, “Adai saja kau gunakan sedikit
otakmu, Aoyama tidak mungkin menyukainya”.
Kana menghela nafas, setidaknya rahasianya masih terjaga
dengan baik, hingga badai kecil itu datang, Ibu menelpon Kana.
Lagi-lagi Kana harus berdandan kesalon dan masuk kedalam
hotel keluarganya, tapi berbeda dengan pesta kemarin. Ayahnya yang bahkan belum
pernah bertemu dengannya sejak setahun lalu, sekarang ada ditengah pesta begitu
juga Ibu dan Seira.
Kana tidak percaya keluarganya bisa berkumpul seperti ini,
Shin masuk kedalam ruang pesta bersama dengan keluarganya.
Kana mendekati ayahnya, “Papa!” sapa Kana.
Ayahnya menoleh kemudian tersenyum, memeluk dirinya “Setahun
tidak bertemu kau sudah sebesar ini Kana”.
Ibu tersenyum manis kearahnya, suasana yang benar-benar
tidak biasa.
Seira menarik Kana kedalam sebuah kamar yang bisa dibilang
kamar ganti, Seira mendandaninya seperti peri, dengan gaun putih yang dilengkapi
oleh bunga dan pita-pita yang indah.
Kana tersadar dari mimpinya, “Ada apa kak?” Tanya Kana
menyelidik.
Seira tersenyum, “Kamu akan bertunangan” jawab Seira.
Seperti tersengat listrik Kana langsung terdiam “Tunangan?”
Tanya Kana lagi.
Seira mengangguk, mengandengnya keluar ruang ganti dan
menaruhnya ditengah pesta dimana acara sudah dimulai dan Kana berdiri diatas
panggung bersama kedua orang tuanya.
Shin dan kedua orang tuanya naik keatas panggung.
Seira terkejut siapa yang menjadi tunangan Kana, karena
kedua orangtuanya tidak pernah memberitahunya.
“Bersulang untuk pertunangan Tuan Muda Aoyama Shin dengan
Nona Honda Kana” teriak pembawa acara yang diikuti sambutan meriah dari para
undangan.
Shin mendekat kearah Kana, “Kau kaget?, begitu pula aku”
bisik Shin.
Kana menatap mata Shin, dia masih tidak percaya dengan apa
yang terjadi.
Kana seperti orang bingung jadi dia hanya mengikuti alur
acara saja.
Shin mengeluarkan cincin berlian dan menyematkan pada jari
manis Kana.
Dia menatap wajah Shin yang pura-pura tersenyum manis
padanya, semua orang bersuka cita dengan pertunangan mereka.
Musik dimainkan dan pestapun dimulai, Shin dan Kana berdiri
selanjutnya satu persatu undangan memberi selamat kepada mereka berdua.
“Tidak aku sangka berlian secantik ini akan dipasangkan
dengan mahkotanya, kalian berdua pasangan yang cocok” puji beberapa tamu.
Tiga orang laki-laki memanggil Shin, “Aku ke mereka
sebentar”.
Diluar ruang pesta Kana duduk lemas, ini sebabnya kenapa
seluruh keluarganya berkumpul?.
Seira menghampiri Kana, “kau bertunangan dengan Shin”.
Kana menatap wajah kakaknya, “Kau tidak tahu?” Tanya Kana.
Seira menatap wajah adiknya, dia berkata dalam hati “Bila
aku tahu aku tidak akan membantumu!”
“Kau bahkan belum menikah, tapi ayah dan ibu sudah
menjodohkan aku” gumamku.
Seira menarik nafas, “Yah, mereka selalu memperhatikanmu”
Seira pergi meninggalkan Kana.
Kana merasa ada yang aneh dengan kakaknya itu.
Shin mencari Kana, dia menemukan Kana duduk didekat air
mancur ditaman.
“Sedang apa disini?, tamu-tamu mencarimu” Shin duduk
disebelah Kana.
“Meratapi nasib, anak seperti kita benar-benar tidak
memiliki kebebasan” Kana menatap langit malam.
“Mulai besok kamu akan tinggal dirumahku” kata Shin.
Kana menatap wajah Shin, “Tidak… aku akan tetap tinggal diapartemenku”.
Shin tersenyum, “Tidak bisa, ini sudah peraturan keluargaku”.
Kana menatap Shin dengan amarah, “Aku tidak mau”.
“Apa yang akan kau
lakukan? Berbicara seperti itu” Tanya Shin sinis.
“Aku akan membatalkan pertunangan ini”, Kana berdiri
berjalan masuk kedalam ruang pesta dan berdiri dipodium.
Dia terdiam sejenak sebelum mengambil mic, “Tes…” ucapnya.
Suaranya menggema keseluruh ruangan pesta, “Mohon maaf para
undangan, aku ingin menyampaikan sesuatu”.
Seluruh orang yang berada dipesta menatap kearahnya.
Seira maju melihat Shin yang berjalan cepat menghampiri
Kana.
“Aku ingin…” belum selesai kata-kata Kana, Shin menciumnya.
Seluruh undangan langsung tersipu malu, “Anak muda jaman
sekarang!” teriak beberapa undangan.
Shin menatap wajah merah merona Kana, dia menarik gadis itu
keluar ruang pesta.
Berkali-kali Kana menepis tangan Shin tapi pegangan cowo itu
terlalu kuat untuk dilawan, hingga meremasuk kedalam kamar hotel VVIP milik Shin.
Kana hendak menampar wajah Shin, tapi Shin malah menangkap
tangannya dan melemparnya keatas tempat tidur.
Shin menahan kedua tangan Kana, “Kau pikir aku ingin
menciummu tadi?, aku hanya ingin menghentikanmu dari perbuatan bodoh” bentak
Shin.
“Apa kau mau bertunangan denganku? Aku bukan boneka yang
bisa di atur”.
Shin mencium bibir Kana, “Sekalipun sekarang aku tidur
denganmu sekarang, keluargamu hanya diam saja karena sekarang kau adalah emas
hidup yang bisa diberikan pada keluargaku” bisik Shin pedas.
Kana meneteskan airmatanya, “Lepaskan aku”.
“Tidak!!!”.
Kana menangis, “Aku hanya ingin memiliki keluarga yang
normal. Dimana mereka selalu berkumpul dirumah, aku juga ingin hidup seperti
teman-teman lainnya dimana keluarga adalah segalanya”.
Shin tertawa sambil melepaskan Kana, “Itu hanya kisah hidup
orang biasa, kenapa mereka berkumpul seperti itu? Karena mereka tidak punya
kesibukan seperti kita”.
Kana duduk diam, dia menatap wajah Shin.
“Cobalah hidup seperti orang kaya maka kau akan mengerti
kenapa keluargamu meninggalkanmu”.
Shin berjalan keluar dari kamar meninggalkan Kana sendiri.
Diapartemen kecilnya, Kana menatap kearah langit malam.
Risa datang mengetuk pintunya, “Kana… apa aku boleh meminjam
uang padamu?, iuran sekolahku menunggak hingga tiga bulan, kalau besok aku
tidak membayarnya maka aku akan dikeluarkan dari sekolah”.
Kana tersenyum kemudian mengambil uang yang diarasa lebih
dari cukup untuk membayar iuran sekolah Risa.
Risa tersenyum sambil menangis, “Terimakasih Kana, kalau aku
sudah dapat uangnya langsung aku kembalikan”.
Aku mengangguk, walau Risa berkali-kali meminjam dan tidak
pernah mengembalikan uang itu. Apa ini perbedaan yang dikatakan Shin?.
Ketika Kana hendak menutup pintu, Shin menghalanginya.
“Malam!” sapa Taka dibelakang Shin.
“Ada apa?” Tanya Kana bingung, melihat dua cowok itu.
Shin membuka pintu lebar-lebar kemudian masuk kedalam
apartemen Kana, dia membawa tas besar dibantu oleh Taka.
“Apa ini?” Tanya Kana lagi.
“Mulai malam ini aku akan tinggal diapartemenmu” jawab Shin
cuek sambil membuka tasnya.
“Apa?!!!” Jerit Kana.
Shin dan Taka membereskan barang yang mereka bawa.
“Aku ingin merasakan hidup sederhana seperti yang kau
bilang” Shin meletakkan tasnya didekat tempat tidurku.
“Wow Shin, Cuma ada satu tempat tidur disini!” goda Taka.
Shin langsung mendorong sahabatnya itu keluar dari kamar.
“Terimakasih Taka, sampai jumpa besok!” usir Shin sambil
menutup pintu.
“Ok ok… selamat menikmati malam ini!” teriak Taka sebelum
Shin menutup pintu.
Shin menghadap kearah Kana, Kana masih terlihat bingung.
“Aku capek!” ucap Shin sambil merebahkan dirinya keatas
tempat tidur.
“Kamar ini bahkan lebih kecil dari kamar mandiku, kenapa kau
bisa tahan tinggal disini?”.
Kana mengambil selimut dan bantalnya, “Jika tidak suka
pergilah”.
Kana menggelar selimut dilantai, kemudian dia berbaring.
Shin menatap punggung Kana, sejak kapan dia menyukai Kana?.
Gadis itu memang berbeda cara pikirnya dari semua gadis yang
dia kenal.
Shin turun dari tempat tidur, mengangkat Kana yang sudah
tertidur pulas keatas tempat tidur dan merekapun tidur bersama.
Sinar mentari menyilaukan mata Kana, tangan Shin melingkar
dipinggangnya. Kana yang terkejut mendorong Shin, cowo itu bangun,
mengucek-kucek matanya kemudian mengeluh.
“Ah, sudah pagi… jam berapa ini?”.
Kana bangun mengecek tubuhnya, tidak ada tanda-tanda mereka
melakukan hubungan itu.
Shin tertawa melihat tingkah Kana, “Aku hanya mengangkatmu
keatas tempat tidur”.
Kana mencibir lalu masuk kedalam kamar mandi.
Pagi itu Kana memasak untuk sarapan dia dan Shin, sementara
Shin mandi.
Kana membuat onigiri, memasukkannya kedalam kotak bekal.
Shin baru keluar dari kamar mandi langsung mengambil onigiri
buatan Kana, Shin tersenyum.
Menikah dengan Kana dia tidak takut kelaparan, “Ini enak”.
Kana menoleh kearah Shin kemudian tersenyum, “Benar?”.
Shin mengangguk, dia menyeret masakan yang telah Kana
siapkan untuk sarapan.
Semua masakan buatan Kana terasa enak, Shin makan dengan
lahap.
Kana tersenyum senang, tidak buruk juga Shin tinggal
ditempatnya. Setidaknya dia bisa merasakan sarapan bersama dengan keluarga.
“Wait, keluarga?!”. Kana mengedip-kedipkan matanya sambil
melihat Shin.
Shin menatap kearah Kana, mereka saling berpandangan.
“Aku sudah telat!” Kana langsung melepas celemek dan
menyambar tasnya.
Kana berlari keluar dari apartemennya, kenapa jantungnya
berdegup kencang.
Kana terus berjalan kearah sekolahnya.
Disekolah Kana tidak fokus dengan pelajaran, Kana hanya
menatap kosong kearah papan tulis.
Begitu bel istirahat berbunyi, anak-anak perempuan
menjerit-jerit melihat Shin yang datang kesekolah mereka.
Shin masuk begitu guru keluar dari kelas, beberapa siswi
kelasku mengambil foto dirinya.
Yuko, Akiko dan Yuriko langsung berdiri dihadapan Shin.
“Aoyama ada perlu apa?” Tanya Yuriko genit.
Shin menerobos tiga gadis itu kemudian menaruh bekal diatas
meja Kana.
“Tertinggal” kata Shin ramah.
Kana menatap kedua mata Shin, didalam mata itu Shin tidak
menginginkan sesuatu yang lebih darinya.
“Apa kamu sudah makan siang?” Tanya Kana.
Shin menggeleng, Kana mengambil kotak bekal kemudian
mengajak Shin menuju taman sekolah.
Seluruh siswi Seika Academy melihat dari jauh, Shin dan Kana
yang makan berdua dibawah pohon akasia.
“Maaf merepotkan, sampai harus mengantar bekal ini” Kana
memakan satu onigiri.
Shin tersenyum, “Tidak repot, aku malah senang bisa makan berdua
denganmu”.
“Apa kamu membolos lagi?” Tanya Kana.
Shin menggeleng, “Tidak, ini jam istirahat sekolahku juga
istirahat. Lagian sekolah kita berdampingan”.
Kana tertawa kecil, ada nasi yang menempel disudut bibir
Kana.
Shin memberitahu kana dengan mengisyaratkan jarinya menempel
disudut bibir.
Kana yang tidak tahu maksud Shin menjadi bingung.
Shin mencium sudut bibir Kana untuk mengambil nasi itu.
Kana yang kaget langsung menjauhkan sedikit badannya, ini
bukan pertama kalinya dia dicium oleh Shin tetapi jantungnya masih saja
berdegup kencang.
Terdengar suara riuh teriakan siswi satu sekolah, dan benar
saja gara-gara kejadian itu Kana harus masuk ruang BP.
“Kamu adalah murid kebanggaan sekolah ini, kenapa kau malah
melakukan hal seperti itu?!” tegur guru BP.
“Saya tidak tahu dia akan mencium” jawab Kana tegas.
Shin tersenyum mendengar jawaban Kana, “Jika sekolahmu tidak
bisa menerima, pindah saja kesekolahku!”.
Kana merengut kemudian menendang kaki Shin, kepala sekolah
dan guru lainnya kaget dengan sikap Kana.
“Dia itu Aoyama Shin pewaris Aoyama Group, kau lancang
sekali” protes kepala sekolah memarahi Kana.
“Rupanya tidak ada yang tahu siapa kamu ya?” Tanya Shin pada
Kana.
Kana masih merengut, dia tidak mau dikeluarkan dari sekolah.
“Kepala sekolah, aku sudah menelpon walinya. Karena orang
tua Kana sibuk, maka kakaknya yang datang!” guru BP memberikan info.
Tidak lama Seira masuk kedalam ruangan, Seira terlihat panik
dia langsung berlari kearah Kana.
“Kau baik-baik saja?” Seira memperhatikan adiknya.
“Seira Honda, benarkan?” Tanya Kepala sekolah.
Seira menoleh kearah kepala sekolah, “Ia, saya wali dari
Kana”.
Kepala sekolah dan semua guru kaget mendengar perkataan
Seira.
“Mereka berciuman dilingkungan sekolah” ucap Kepala Sekolah.
Seira melirik kearah Shin yang tampak cuek.
“Maafkan adik saya” ucap Seira.
“Adik?!” jerit semua guru yang berada diruangan.
“Tolong rahasiakan ini dari murid lainnya” Kana memohon pada
kepala sekolah.
Mereka tidak percaya siswi yang hidup sendiri diapartemen
sederhana dan membayar biaya sekolah dari beasiswa adalah seorang bangsawan dan
pewaris perusahaan besar.
Kana tidak jadi dikeluarkan dari sekolah mengingat jumlah
besarnya sumbangan untuk Seika Academy dari keluarga Honda.
Kana mengantar Seira sampai gerbang sekolah.“Thanks, kak!”
ucap Kana.
Seira tersenyum yang kemudian memukul kepala Shin, “Jika
ingin melakukannya jangan disekolah” omel Seira, Shin hanya nyegir.
“Coba kau lihat betapa manisnya dia, aku jadi ingin
mencicipi” Shin terus menggoda Kana.
“Apa kamu tidak sekolah?” Tanya Seira marah.
Shin tertawa, “ini jam istirahat”.
Seira sangat tidak suka melihat Shin menggoda Kana.
“Aku tidak suka cowo yang membolos, kita masih bisa bertemu
dirumah. Jadi jangan membolos” ucap Kana.
“Dirumah?” Tanya Seira bingung.
Kana menunjuk Shin, “Dia pindah keapartemenku semalam”.
Seira langsung memukul Shin dengan tasnya, “Kau… belum
menikah sudah berani macam-macam!!!”.
Kana berjalan santai meninggalkan mereka berdua yang sibuk
bertengkar.
Kana berjalan dilorong sekolahnya, mungkin saat ini semua
murid satu sekolahnya sudah tahu siapa dia.
“Dia masuk…” teriak teman sekelasnya sambil berlari masuk
kedalam kelas.
Kana menghela nafas, dia masuk kedalam kelas. Suasana
menjadi sunyi, Kana duduk dimejanya, memandang keluar jendela melihat Seira dan
Shin yang masih bertengkar.
Sekilas mereka terlihat begitu dekat, entah kenapa Kana
merasa cemburu.
“Ano… ummm Kana” sapa Yuko memberanikan dirinya.
Kana menatap Yuko, cewek itu hilang keberanian dan langsung
lari kearah dua orang temannya.
Yuriko mengibaskan rambutnya, “Aku tidak terima dia sudah
dicium oleh Aoyama, memangnya siapa dia?!”.
Seluruh kelas langsung ramai menyindir Kana, Kana tersenyum
tipis bagus kalau tidak ada yang mengenalinya.
Sepulang sekolah Kana dicegat oleh segerombolan anak-anak
perempuan yang menamakan diri mereka the Flower Princess, mereka fans club
Aoyama Shin.
Kana kaget baru sekarang dia tahu Shin punya fans club.
“Perkenalkan namaku Arisa dan aku ketua dari The Flower
Princess, aku dengar Prince Shin sering ke Seika Academy untuk menemuimu!” ucap
seorang cewek cantik.
Kana mengangguk, dengan cepat Arisa menarik rambut Kana. “Prince
Shin, tidak ada yang boleh memilikinya!” ancam Arisa, dari seorang gadis yang
cantik Arisa berubah menjadi seorang Yankee yang menyeramkan.
Kana menepis tangan Arisa dari rambutnya, “Bilang padanya
kalau aku tidak boleh memilikinya!”.
Shin dan Taka berjalan kearah mereka.
“Arisa!” Tegur Shin yang rupanya kenal dengan Arisa.
Kana baru sadar kalau Arisa dan anggota clubnya memakai
seragam sekolah yang sama dengan Shin.
“Shiiin…” Arisa langsung berubah seperti anak kucing dan
berlari mendekati Shin.
“Sedang apa disini?” Tanya Shin menyelidik.
“Aku hanya ingin tahu cewek seperti apa dia?” jawab Asami manja.
Kana mengurai rambutnya yang panjang, ikatannya jadi
berantakan gara-gara dicambak Asami.
“Taka-kun…” panggil Kana manja pada Taka, mengikuti gaya
Asami.
“Heh…?” Taka kaget karena Kana bersikap seperti itu.
“Ayo antar aku pulang, jika tidak aku bisa mati
dicabik-cabik mereka” ucap Kana manja.
Taka menoleh pada sahabatnya, Shin juga sama seperti Taka
dia shock melihat Kana bertingkah manja.
Kana menarik tangan Taka dan menjauhi Shin yang masih bengong.
Ditoko kue milik Taka.
Kana mematikan ponselnya, “Jangan bilang Shin kita disini”
ancam Kana.
Taka tersenyum sambil memberikan velvet cake dan rosemary
tea untuk Kana.
“Kau benci dia ya?” Tanya Taka.
Kana menggeleng, “Aku tidak tahu, hanya saja seperti
terbiasa melihatnya sekarang”.
“Berarti kau suka padanya” ucap Taka.
Kana menatap Taka, “Kau sudah lama berteman dengannya?”
Tanya Kana.
“Kami teman dari TK” Taka tersenyum.
“Bisa kau ceritakan tentang dia?”, mata Kana seperti
memohon.
Taka menceritakan bagaimana mereka bisa bersahabat sampai
sekarang.
“Sudah jam Sembilan waktunya aku menutup toko” ucap Taka
sambil tersenyum.
Kana keluar dari toko Taka, “Aku bisa naik bis sendiri,
terimakasih Taka-kun”.
Kana berjalan pelan menuju halte bis, tepat ketika dia
sampai bis datang.
Kana membuka pintu apartemennya, dia terkejut melihat Shin
duduk di sofa.
“Kamu menungguku?” Tanya Kana acuh.
Shin masih diam, dan ketika Kana melewatinya.
Shin meraih lengan Kana, mendorong gadis itu keatas tempat
tidur.
Kana terkejut tapi dia berusaha untuk tetap tenang.
Shin melihat kedalam mata Kana, gadis itu seperti menjerit
ketakutan tapi mimik wajahnya diam tanpa arti.
“Aishiteru” ucap Shin yang kemudian mengecup bibir Kana.
Mata Kana membesar, dia tidak tahu Shin akan menciumnya
lagi.
Kana memejamkan matanya, membalas ciuman Shin.
Tiba-tiba saja ketukan dipintu mengagetkan mereka berdua.
Kana buru-buru bangun dan berlari membuka pintu.
Seira datang dengan Taka, “Halooo…”.
Kana membuka pintu lebar-lebar membiarkan Seira dan Taka
masuk kedalam apartemennya.
“Kecil sekali” protes Seira begitu masuk kedalam apartemen
Kana.
“Ini seukuran kamar Michi” sambung Taka.
“Michi?” Tanya Kana penasaran, apa itu adik Taka?.
“Kucing ku” jawab Taka, yang membuat wajah Kana menjadi
jengkel.
Shin beranjak dari tempat tidur dan langsung keluar dari
apartemen Kana.
Seira menatap kosong punggung Shin.
“Kau mau kemana?” Tanya Taka sambil menyusul sahabatnya itu.
Dikamar Seira duduk bosan sambil mengganti-ganti channel tv.
Kana memasak makan malam untuk mereka berempat, tapi Shin
dan Taka tidak juga kembali.
“Aku pulang saja, disini sempit” ucap Seira.
“Kakak…” panggil Kana.
Seira berbalik, “Hm?”.
Kana menatap lama kakaknya itu, kemudian menggeleng
“Hati-hati dijalan”.
Seira tersenyum kemudian keluar dari apartemen Kana.
Seira menatap layar ponselnya, terlihat foto dia dan Shin
sedang tersenyum satu sama lain.
Kana menunggu Shin dan Taka yang tidak juga datang, dia
memasukkan makanan kedalam kulkas kemudian mematikan lampu.
Kana menarik selimut kemudian memejamkan matanya.
Hari yang melelahkan, banyak sekali kejadian yang aneh.
Sinar mentari menembus masuk kedalam kamar Kana, Shin
menggeliat memeluk erat tubuhnya.
Lagi-lagi Kana berteriak kaget.
“Jangan berteriak, semalam aku pulang larut. Aku masih
mengantuk!” keluh Shin.
Kana melihat tubuhnya, pakaiannya masih sama dengan semalam,
dia menghembuskan nafas lega.
“Apa kau ingin melakukannya sampai meneliti pakaianmu” ucap
Shin dengan mata terpejam.
Kana tidak menjawab dan langsung menuju kamar mandi.
Disekolah suasana masih saja sama. Dia bahkan mendapat lebih
banyak musuh.
Kana menjawab pertanyaan dipapan dan langsung dipuji-puji
oleh guru, mungkin hanya para guru yang tahu rahasia Kana.
Jam istirahat Shin tidak datang kesekolahnya.
Seluruh siswi bergossip, “Dia itu sampah, habis dipakai lalu
dibuang” ucap Yuriko.
Kana hendak keluar kelas tiba-tiba saja seluruh temannya
melempar tissue kotor kearahnya.
Kana menatap temannya satu persatu, kemudian keluar dari
kelasnya.
Dikantin sekolah semua makanan sudah habis terjual,
diperpustakaan juga sama terlihat begitu penuh dengan siswi Seika Academy.
Kana pergi kesekolah Shin, seluruh murid sekolah elit itu
menatap kearahnya.
“Siswi Seika Academy” gumam mereka ketika melihat seragam
merah muda Kana.
Taka dan Shin sedang asik bermain basket, bola yang mereka
lempar langsung ditangkap oleh Kana.
“Kau menyebalkan!” ucap Kana sambil melempar keras bola
basket kearah Shin.
Semua murid dan fans club Shin yang berada dipinggir
lapangan kaget mendengar ucapan Kana.
Shin tersenyum, langsung menghampiri kekasihnya itu.
“Aku lapar” ucap Kana manja.
Taka tertawa geli melihat sikap Kana yang dibuat-buat tapi
tetap terlihat manis.
“Ayo aku traktir” Shin menggandeng Kana kearah kantin
sekolahnya.
Shin mengambil baki dan menaruh semua jenis makanan diatas
baki untuk Kana.
Mereka duduk disudut kantin, walau begitu banyak siswa yang
melihat mereka.
“Aku tidak bisa belajar, makan dan melakukan apapun dengan
tenang” Kana memakan hamburger.
Shin menatap wajah Kana tanpa berkedip.
“Aku senang kau datang kesekolahku” ucap Shin.
“Karena makanan dikantin sudah habis” kilah Kana.
“Apa kau selalu mengotori bibirmu hingga aku harus
menciummu?” Tanya Shin sambil menujuk mayonnaise yang ada diatas bibir tipis
Kana.
Kana langsung mengambil tissue dan membersihkan mayonnaise.
“Shin…!” sapa seorang gadis cantik.
Shin menoleh kearah gadis itu.
“Apa kau bosan dengan kami?, kenapa berhubungan dengan siswi
Seika Academy?” Tanya Yumi.
Yumi melirik kearah Kana.
Kana mendengus kesal, “Apa yang salah dengan sekolahku?”
gumam Kana.
“Pergilah Yumi, aku sedang berkencan” usir Shin.
Kana meminum jus setelah menghabiskan hamburger, “Thanks
makanannya”.
Shin memegang tangan Kana, mengajak kana ketengah-tengah
Kantin yang penuh dengan siswa sekolahnya.
“Perkenalkan ini Honda Kana, tunanganku dan akan menjadi
istriku” Teriak Shin.
“Jangan sekali-sekali kalian mengganggunya” Ancam Shin.
Kana menatap wajah Shin, “Ini sekolahku, jadi aku bisa melakukan
apapun pada mereka” ucap Shin yang kemudian mengecup bibir Kana.
Semua siswa berteriak histeris ada yang mendukung ada juga
yang patah hati.
Seika Academy, suasana menjadi hening. Mungkin berita sudah
menyebar.
Kana bisa belajar dan melakukan semua aktivitas disekolahnya
dengan santai.
Shin muncul digerbang sekolahnya dengan mengendarai mobil.
“Nama Honda Kana terlalu dasyat hingga membuat semua orang
terdiam” Kana masuk kedalam mobil Shin.
Dari kejauhan tampak Yuko, Akiko dan Yuriko menatap mereka
berdua.
“Serasiii…” gumam Yuko.
Nama Honda Kana mulai tersiar, banyak media yang datang
untuk meliput Kana.
Dia harus meninggalkan apartemen kecilnya dan kembali
kerumah besarnya.
“Tinggal saja dirumahku!” ajak Shin.
“Tidak, kita belum menikah” protes Kana.
Seira menatap pasangan kekasih didepannya, “Kana coba lihat
kamarmu dulu, apa sudah dibersihkan” suruh Seira.
Kana mengangguk kemudian meninggalkan Seira dan Shin.
“Yang cepat, I will miss you” goda Shin.
Seira duduk disofa sambil membaca majalah fashion.
“Kau yakin akan menikahinya?” Tanya Seira.
Shin mengigit bibir atasnya, “Setelah dicampakkan akhirnya aku
menemukan cinta baru, dan aku menyukai Kana”.
Seira berdiri disamping Shin, “Aku juga masih menyukaimu”.
“Oh ya?!, Robert, Michael, Thomas… bagaimana dengan mereka?”
Tanya Shin dingin.
“Dengar kakak ipar, jangan menganggu adik iparmu yang lagi
kasmaran ini” lanjut Shin.
Senyum Shin langsung merekah begitu Kana turun dari tangga,
“Ayo lihat kamarku”.
Shin berlari kecil menaiki tangga sementara Seira terlihat
kesal.
Dulu Seira dan Shin sempat berpacaran, Shin saat itu yang
menyukai Seira terlebih dahulu tapi Seira demi menaikkan karirnya dia
berselingkuh dengan beberapa pengusaha terkenal diamerika.
Dikamar Kana menyusun barangnya, “Aku tidak punya banyak
barang”.
Tiba-tiba Shin memeluk Kana dari belakang, “Ayo menikah!”
ajak Shin.
Kana berbalik memandang Shin.“Kau serius?, kita masih SMA” ucap
Kana.
Shin tersenyum, “Apa hukum bisa mengalahkan uang?”.
“Tapi aku ingin menamatkan SMA dan berkuliah”.
“Kita bisa melakukannya, menikah tidak menghalangi semua!”
bujuk Shin.
Musim dingin datang, salju-salju putih berjatuhan senyum
merekah dari tiap bibir tamu undangan.
Makanan dihidangkan, beberapa orang malah sudah asik
bercanda.
Suasana menjadi hening ketika Kana berjalan menuju pelaminan
seperti malaikat, Shin menggandeng tangan Kana.
“Kana seperti malaikat” gumam Yuko.
Kali ini mereka kalah telak, Kana benar-benar putri seorang
bangsawan.
Senyum merekah dibibir Kana, sesekali Shin menatap istrinya
yang cantik.
“Aku mencintaimu” ucap Shin, Kana tersenyum manis.
Pesta dimulai seluruh orang besenang-senang, Kana duduk
disalah satu kursi sambil memijat kakinya.
“Capek?” Tanya Shin.
Kana mengangguk, “Sepatunya terlalu tinggi”.
Shin tersenyum, “Permisi, kami akan berangkat berbulan madu
sekarang dan kalian bisa menikmati pestanya”.
Ayah Shin langsung berdeham, “Dengar Nak, kalian masih SMA.
Aku juga tidak terburu-buru ingin memiliki cucu”.
Kana tertawa mendengar gurauan Mr. Aoyama, Kana berjalan
menghampiri mertuanya dan memeluk mereka.
Begitupula Ayah dan Ibu, Seira tersenyum tipis “Meski kau
sudah menikah, jaga dia karena banyak wanita yang menginginkannya”.
Kana tersenyum sambil mengangguk.
Shin mengandeng Kana menuju mobil pengantin, semua orang
tersenyum mengantar mereka.
Shin mengecup Kana berulang kali, “Hentikan perhatikan
jalan”.
Shin serius menyetir hingga mereka sampai dibandara,
bukannya masuk kearea parkir Shin malah melaju melalui jalur VVIP.
Pesawat Jet pribadi sudah menunggu mereka berdua.
Shin menggandeng tangan Kana, mengecup istrinya dan berjalan
menuju pesawat.
“I love you Shin” ucap Kana, kata-kata yang ingin didengar
Shin.
Tiba-tiba saja sekelompok orang turun dari mobil jeep dan
memukul Kana juga Shin.
Kana jatuh pingsan, sementara Shin masih sadarkan diri.
“Kana…” teriak Shin, yang melihat Kana dimasukkan kedalam
mobil Jeep. Shin berlari mengejar mobil yang membawa Kana. Semakin lama semakin
menjauh Shin tergeletak pingsan sebelum polisi bandara tiba untuk menyelamatkannya.
Bersambung Love Me Kana- Aishiteru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar